because the opportunity is there
not to be wasted🪷
TOK.. TOK
Suara ketukan pintu kamar Erlan membuat si pemilik kamar terpaksa mematikan tayangan Netflix yang sedang ditontonnya.
"Masuk!" seru Erlan pada orang di depan pintu
Seharusnya semua orang di rumah tau kalau Erlan yang sedang sendiri tak suka diganggu, tapi kenapa masih saja ada yang mengganggu?
Hampir saja Erlan melemparkan kekesalannya kepada orang si pengetuk pintu namun niatan tersebut harus diurungkannya setelah melihat sosok siapa yang masuk. Orang yang paling tak disangka-sangka oleh Erlan muncul di hadapannya. Seorang wanita cantik yang sudah memasuki kepala empat tapi masih terlihat muda. Wajar saja, karena wanita itu tak pernah lupa melakukan perawatan dan spa.
Erlan membetulkan posisi santainya di sofa. Menatap tanpa ekspresi si wanita yang juga menatapnya tak kalah datar.
"Kapan mamah sampai di rumah? Setau aku mamah lagi ada urusan di Paris sama tante Lucy dan tante Andien, udah selesai?"
Kalimat itulah yang pertama kali keluar dari mulut Erlan setelah beberapa detik terdiam. Mereka berada dalam jarak yang cukup jauh di kamar laki-laki tersebut.
"Baru saja" jawab sang ibu singkat lalu menghela nafas, memilih untuk tak terlalu lama berbasa basi pada anaknya
"Maid bilang anak perempuan itu sering ke rumah, kamu yang mengizinkan dia masuk bahkan sampai menginap?"
"Siapa?"
"Jangan minta mama menyebutkan namanya"
Erlan merotasikan bola mata dengan jengah, "Dia ketiduran mah dan waktu itu udah tengah malam. Erlan engga ada pilihan selain biarin dia menginap"
"Dan tentang kamu yang masih berdekatan dengan dia?"
"Engga ada alasan buat Erlan menjauh dari dia. Dia.. adik Erlan, kan?"
Wanita itu sedikit mendengus. "Terserah. Asal dia tidak muncul saja saat mamah di rumah. Oh apa hari sabtu nanti kamu ada di rumah? Teman-teman mama ingin datang untuk arisan"
Sekilas Erlan tersenyum sinis mendengar perkataan mamanya. Ia tahu apa maksud dari kalimat sang ibu. "Engga. Aku pergi bersama Bagas, Jeremy, dan lainnya. Mungkin aku akan seharian tak ada di rumah. Mamah engga usah khawatir"
Bohong sekali.
"Oh, baguslah kalau begitu" ucapnya setengah bergumam sebelum beranjak keluar dari kamar anak laki-laki satu-satunya, meninggalkan Erlan yang kini seorang diri terduduk di sofa
Erlan menghela nafas menyadari kalau tadi nafasnya sempat tercekat saat berhadapan dengan sang ibu. Erlan mengerti selama ini, ibunya tak pernah mengharapkan kehadiran anak perempuan yang menjadi objek pembiacaraan mereka atau bahkan Erlan sekalipun dalam kehidupannya. Seakan biarpun mereka satu keluarga tapi mereka hidup di dunia yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE
Novela JuvenilRESE. Satu kata pamungkas yang bisa menggambarkan sosok Erlangga di mata Nanda. Laki-laki berperawakan tinggi nan tampan, yang selalu berekspresi dingin dan memiliki sikap angkuh keterlaluan. Berurusan dengan Erlangga adalah opsi terakhir dalam kamu...