because the opportunity is there
not to be wasted🪷
Nanda hampir menyelesaikan satu soal yang menjadi tugas matematikanya ketika suara bola dipantul-pantulkan terdengar tepat di sebelah kamar milik Nanda. Kamar adiknya, Ervan. Getaran bola itu membuat buku si gadis tercoret saking kagetnya. Nanda merutuk. Kenapa sih dia punya adik atraktif?
Hah. Lupa ya kalau Ervan udah kelas dua SMP tapi kelakuannya masih sama kaya anak TK? Kemarin musik yang diputar keras kayak orang lagi hajatan, sekarang bola, nanti atau besok dia mau ngelakuin apa yang mengganggu kenyamanan Nanda?
Si gadis melirik jam dinding berbentuk taddy bear di kamarnya. Sudah jam tujuh malam tapi Ervan masih bermain dengan bola kesayangan dia. Di kamar pula. Apa dia engga bisa bedain yang mana lapangan yang mana kamar tidur? Nanda terus mendumel.
TOK.. TOK
“Ervan!" itu suara Shaga. "Ervan, ini tuh bukan lapangan ya! Berhenti main bola”
Huwah. Beruntung Nanda tak perlu menguras tenaga menegur Ervan, Shaga sudah turun tangan menggedor-gedor pintu kamarnya. Nanda tersenyum kemenangan. Shaga benar kok, main bola ya harusnya di lapangan bukan kamar. Tak lama, terdengar suara pintu dibuka, sepertinya Ervan keluar.
“Besok ada pemilihan tim buat lomba basket, kak. Ervan harus banyak latihan supaya bisa kepilih jadi tim inti sekolah, Ervan kan pengen banget masuk ke sana. Keren gimana gitu, di sini engga ada yang bisa ngajarin” Ervan membela diri
“Yaa tapi liat waktu sama tempat dong, Van. Ini udah malem juga. Udah ah, mamah udah manggil buat makan malam tuh. Turun yuk” ajak Shaga diiringi dengan langkah kaki menjauh dari kamar
Nanda kembali tersenyum memegangi perut. Asik, makan! Dari tadi dia memang sudah lapar. Dihentikannya sejenak pekerjaan rumah tersebut dan keluar dari kamar. Turun ke meja makan dimana sudah ada sang ibu, Nayla, Shaga, dan Ervan.
Nanda mengangkat alis. “Papah mana? Belum pulang mah?” tanya Nanda sambil duduk di kursinya
Naura mengangguk seraya menyendokan secentong nasi ke piring Ervan. “Ada rapat. Belakangan, papah kalian lagi sibuk banget, pulangnya malem terus. Katanya sih karena seluruh saham perusahaan udah dijual sama pengusaha kaya. Jadi papah sebagai manager harus ikut ngurusin perpindahan jabatannya” jelas Naura yang ditanggapi anggukan oleh Nanda
Sudah dua hari memang Alvan tidak ikut bergabung makan malam bersama mereka. Ia selalu berangkat pagi-pagi buta dan pulang tengah malam. Pemandangan yang cukup asing bagi Nanda yang sudah terbiasa makan bersama sang ayah. Dan dampak lain dari perihal tersebut adalah Ervan yang seketika menjadi penumpang tambahan di mobil Shaga, dia harus berangkat ke sekolah bersama Shaga dan kedua kakaknya, sehingga mereka harus bersiap lebih cepat. Ya, perubahan yang kembali membuat Nanda kurang nyaman karena mau tidak mau ia harus bangun dari sebelum subuh. Huh.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE
Dla nastolatkówRESE. Satu kata pamungkas yang bisa menggambarkan sosok Erlangga di mata Nanda. Laki-laki berperawakan tinggi nan tampan, yang selalu berekspresi dingin dan memiliki sikap angkuh keterlaluan. Berurusan dengan Erlangga adalah opsi terakhir dalam kamu...