because the opportunity is there
not to be wasted🪷
Nanda merentangkan kedua tangan seraya membuka mata perlahan. Terbangun akibat ketukan berisik yang Ervan timbulkan pada pintu kamarnya dan kata-kata Ervan yang memberitahu Nanda kalau dia mendapat telepon dari seseorang. Kalau saja, adik laki-lakinya tak menyebut nama si penelepon, mungkin Nanda tak akan langsung bangkit dari tempat tidur dan berjalan dengan mata setengah tertutup.
“Bangun kak. Tuh, Kak Bagas telfon kakak. Jadi perempuan tukang tidur banget sih” gerutu Ervan yang lelah membangunkan Nanda
Nanda menanggapinya dengan senyum tipis sambil berjalan menuruni anak tangga. Di belakangnya Ervan memperhatikan Nanda yang belum sepenuhnya sadar. Ia tak akan terkejut kalau seandainya Nanda tiba-tiba terjatuh, jika melihat cara jalan sang kakak yang tak seimbang seperti itu.
Nanda meraih gagang telepon yang tergeletak disudut ruang keluarga. “Hallo?”
📞 “Hallo, Nanda. apa kabar?” sapa Bagas dengan suara manisnya
"Baik, kenapa kak?"
Bagas terkekeh mendengar suara Nanda yang sedikit parau, 📞 “Baru bangun tidur, heh?”
Nanda mengucek kedua matanya. “Iya. Tadi pulang sekolah aku engga sengaja ketiduran, mungkin kecapean. Eh bangun-bangun udah malam aja” Nanda melirik kearah jam dinding yang tergantung di ruangan itu. Jarumnya sudah menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh. “Aku tidur sampai tiga jam lebih ternyata”
📞 “Haha atuh Nan, kurangin lah waktu tidur kamu. Buat ukuran perempuan, itu berlebihan tau, apalagi kamu sehat” nasihat Bagas
“Iya iya. Nanda usahain ya kak” jawab Nanda sekenanya, mengambil posisi duduk di kursi yang berada di sebelah meja lalu melihat kearah sofa dimana Ervan, Nayla, dan Alvan sedang menonton di sana
📞 “Eh Nan, tadi kamu engga ada masalah kan pas pulang bareng Erlan? Kalian engga ribut atau saling ngelempar makian, kan?” tanya Bagas memastikan jika kondisi sang kekasih dan sahabatnya baik-baik saja
Nanda sempat terdiam. Dalam otaknya langsung memutar rentetan kejadian yang terjadi tadi siang.
📞 “Nanda?” panggil Bagas ketika si gadis tak kunjung menjawab. “Nan, kamu masih di sana?”
"Eh? Iya kak, aku masih ada" lamunan Nanda seketika buyar pada panggilan kedua
Ada sedikit rasa sesal di hati Nanda, begitu menyadari apa yang sedang ia pikirkan. Erlan. Kenapa tiba-tiba dia memikirkannya? Padahal sekarang Nanda sedang berbicara dengan Bagas. Nanda pintar.
“Tadi siang.. semua baik-baik aja kok, kak. Kak Erlan anter aku sampai rumah dengan selamat, terus langsung pulang” jawab Nanda berusaha untuk tenang, ia tidak boleh salah bicara atau membocorkan rahasia Erlan kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE
Roman pour AdolescentsRESE. Satu kata pamungkas yang bisa menggambarkan sosok Erlangga di mata Nanda. Laki-laki berperawakan tinggi nan tampan, yang selalu berekspresi dingin dan memiliki sikap angkuh keterlaluan. Berurusan dengan Erlangga adalah opsi terakhir dalam kamu...