because the opportunity is there
not to be wasted🪷
Setelah melihat si mobil Honda berlalu pergi, Jeremy mengalihkan pandangan kearah Erlan yang masih terduduk diam di kursi pengemudinya. Jeremy mencoba memecahkan keheningan diantara mereka.
“Allea udah pergi”
"Terus?" Erlan menoleh ke sisi kiri
“Kita ke sini mau ngapain?” Jeremy mengingatkan Erlan yang seperti tak dapat berkonsentrasi. Apa gara-gara melihat pemandangan Allea bersama laki-laki asing tadi?
“Kita cari teman Allea yang namanya Reta. Mungkin cewek yang lagi berdiri di samping gerbang kenal” Jeremy menunjuk seorang gadis yang tadi ditinggal seorang diri
Erlan pun mengangguk dan menjalankan mobilnya mendekati gerbang. Berhenti tepat di depan gadis yang Jeremy maksudkan.
“Maaf, permisi” sapa Jeremy yang mengalihkan perhatian si gadis
"Iya"
“Kamu kenal siswi kelas 10 yang namanya Reta engga? Emm dia.. yang biasanya sama Azallea Queena. Tau kan kamu Azallea?” Jeremy tampak kebingungan menjelaskan orang yang dicarinya
Gadis itu mengangkat sebelah alisnya. “Areta Geavina maksud kakak? Iya, saya sendiri. Ada apa?”
Raut wajah Jeremy berubah berseri. Rupanya mencari gadis itu tak sesusah yang Jeremy kira. Bahkan ia tak perlu melewati gerbang sekolah.
“Kamu temannya Allea?”
Reta mengangguk dengan tampang kebingungan. Jeremy kembali tersenyum manis lalu mengulurkan tangan, berkenalan. “Kenalin gue Jeremy Agustin. Temannya Allea. Boleh kita ngomong bentar? Sama lo?”
Ragu-ragu Reta menyambut uluran tangan Jeremy. “Reta. Kakak mau bicara tentang apa?”
“Nanti gue jelasin, engga enak soalnya kalau ngobrol di sini. Gimana kalau kita cari tempat lain?” Jeremy keluar membukakan pintu belakang untuk Reta
“Silahkan masuk. Engga usah takut, gue sama Erlan baik kok. Kita cuma mau minta tolong” ujar dia berusaha meyakinkan
Reta berfikir sejenak sebelum menurut dan masuk ke dalam mobil tersebut. Saat di dalam, Reta melihat sosok Erlan yang duduk di kursi pengemudi tengah menatapnya dari kaca spion. Dingin dan tajam. Reta hanya memberi senyum tipis sebagai salam dan tentu saja tidak sedikitpun dibalas oleh Erlan yang malah memalingkan pandangan keluar jendela.
Jeremy yang sedari tadi memperhatikan, terkekeh melihat Reta yang langsung meringis takut. “Haha maaf ya, Erlan kalau sama orang baru emang begitu, apalagi moodnya lagi kurang bagus”
Erlan sedikit melirik. “Kita berangkat sekarang?”
"Boleh"
Mobil itupun berlalu meninggalkan sekolah Arizone.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE
Teen FictionRESE. Satu kata pamungkas yang bisa menggambarkan sosok Erlangga di mata Nanda. Laki-laki berperawakan tinggi nan tampan, yang selalu berekspresi dingin dan memiliki sikap angkuh keterlaluan. Berurusan dengan Erlangga adalah opsi terakhir dalam kamu...