because the opportunity is there
not to be wasted🪷
Pagi itu, Dita sudah terlihat berada disalah satu koridor sekolah. Berjalan tak semangat menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Tak sampai lima menit, hingga ia tiba di depan kelas yang masih sepi. Wajar memang, mengingat sekarang masihlah jam setengah tujuh, masih ada satu jam sebelum bel masuk. Sehingga Dita hanya bisa menemukan Ziva di bangkunya.
"Haah" Dita berjalan ke bangku miliknya, tepat di depan Ziva yang asyik mengerjakan tugas, mungkin dia lupa mengerjakannya semalam
Sesaat Dita sama sekali tak mengatakan apa-apa. Ia bahkan bingung harus bercerita bagaimana kepada Ziva. Menceritakan kejadian Sabtu lalu yang sukses membuat dia uring-uringan.
Dita melirik bangku Nanda dan bangku sebelahnya yang masih kosong. Darrel belum datang. Ia tahu kebiasaan Darrel yang sering berangkat siang. Bahkan tak jarang Darrel juga akan terlambat sekolah dibeberapa kesempatan.
"Nanda belum dateng ya?" tanya Dita
"Belum. Paling sebentar lagi" balas Ziva
Ah! Haruskah Dita bercerita pada Ziva saja?
"Hm Zi"
"Ya?" Ziva menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari buku
"Gue boleh minta tolong engga sama lo?"
Pertanyaan Dita menarik perhatian Ziva, ia menghentikan tangannya, dan mengangkat wajah menatap sang sahabat. Memandang setiap lekuk wajah yang kali ini tampak galau.
"Boleh. Mau minta tolong apa? Tumben. Basanya juga lo engga minta izin dulu kalau mau minta tolong" canda Ziva tapi karena tak direspon oleh Dita, ia pun kembali ke mode seriusnya
Dita menunduk memainkan jari jemari. "Gue.. boleh engga? Tukeran tempat duduk sama lo?"
"Hah?" spontan Ziva membuka mulut merasa heran. "Kenapa? Lo lagi ribut sama Darrel, Ta? Perasaan kemarin pulang latihan basket biasa aja"
Berarti ada sesuatu yang terjadi setelahnya. Buru-buru Dita menggeleng cepat sambil menggerakkan tangan di depan Ziva, menyanggah. Ia memajukan bibirnya sedikit mendesah.
"Engga kok, gue cuma mau jaga jarak aja dulu sama dia"
Sepertinya Ziva mulai tertarik dengan pembicaraan Dita. Ia melipat kedua tangan dan mencondongkan tubuhnya kearah Dita. "Kenapa begitu? Sebenarnya ada apa?"
Dita menatap mata Ziva lekat-lekat. "Gue.. gue cuma agak risih dekat sama dia setelah kejadian Sabtu lalu. Gue juga engga ngerti kenapa" jawabnya setelah berfikir beberapa saat
Tapi respon Ziva hanyalah wajah kebingungan. Dita menghela nafas dan memalingkan wajah kearah pintu kelas.
"Darrel nembak gue kemarin, Zi"
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE
Teen FictionRESE. Satu kata pamungkas yang bisa menggambarkan sosok Erlangga di mata Nanda. Laki-laki berperawakan tinggi nan tampan, yang selalu berekspresi dingin dan memiliki sikap angkuh keterlaluan. Berurusan dengan Erlangga adalah opsi terakhir dalam kamu...