BAGIAN 1 : PENGAKUAN

141 20 0
                                    

because the opportunity is therenot to be wasted

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

because the opportunity is there
not to be wasted

🪷

"Ya ampun Nanda. Katanya kemarin janji engga akan bangun kesiangan, kok sekarang telat lagi sih"

Nanda yang baru saja sampai di ruang makan merotasikan bola mata. Ini masih pagi dan sang kakak perempuan sudah merusak suasana. Padahal kondisi di meja makan sedang tenang sebelum dia menggerutu tentang Nanda.

"Maaf, semalam nyiapin perlengkapan MOS dulu kak sama nyetrika seragam, seragam yang kemarin kan kotor gara-gara jatuh. Lagian siapa suruh kasih list barang bawaan yang susah-susah, kan gue jadi kemaleman tidurnya" elak Nanda seraya duduk di kursi

NAYLA. Kakak perempuan Nanda hanya bisa mencibir, predikat 'lamban' memang pantas digelarkan kepada adiknya yang satu ini, karena selain pergerakannya yang kadang lama seperti siput, Nanda juga termasuk yang paling sulit bangun diantara keluarga tersebut.

Tak ada pembicaraan lagi selama makan dan ketika nasi goreng itu habis dari piring masing-masing, Nayla mulai bangkit dari duduknya. Samar-samar Nanda dapat mendengar suara klakson motor dari luar.

"Berangkat sama Jeremy, dek?"

SHAGA. Kakak pertama Nanda, yang dengan cuek bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang menemani laki-laki itu sarapan.

Sudah menjadi kebiasaan Nayla dijemput oleh sang pacar jika ada kegiatan sekolah. Jeremy Agustin, namanya.

"Iya, aku kan masuk panitia MOS juga kak, jadi harus dateng pagi. Kalau bareng kakak pasti telat, apalagi nunggu Nanda" Nayla melirik Nanda sekilas sebelum pergi meninggalkan ruang makan

Tak lupa gadis itu berpamitan kepada sang ibu dan ayah yang masih sibuk dengan rutinitas pagi mereka. Bersih-bersih dapur dan membaca koran harian.

Mendengar sindirian sang kakak, Nanda hanya dapat mendengus kesal. Ingin membalas tapi sayang Nayla sudah menghilang dari balik pintu rumah, disusul dengan deru motor Jeremy yang semakin menjauh dari pendengaran. Hah, Nanda harus menahan emosinya.

Oh ya, selain dua kakak, Nanda juga memiliki satu adik laki-laki. Dia yang kini sedang duduk di samping Nanda dengan tenang, bernama ERVAN.

"Pah, Ervan udah siap" laki-laki berseragam SMP menghampiri sang ayah setelah menghabiskan makanan dan segelas susunya

"Oke" laki-laki paruh baya yang tadi membaca koran, menyesap habis kopi buatan istrinya, kemudian berjalan bersama Ervan ke halaman belakang rumah, dimana mobil avanza dinas terparkir di sana

Berbeda lagi dengan kakak-kakaknya, Ervan memang lebih sering berangkat bersama sang ayah, Alvan. Karena kebetulan sekolah dia berbeda arah dengan sekolah Nanda atau kampus Shaga, anak pertama dari pasangan Alvan–Naura yang sedang mengambil jurusan kedokteran di salah satu kampus ternama, dan tugas sambilannya setiap pagi adalah mengantar Nanda. Terkadang juga bersama Nayla, jika adik pertama Shaga tersebut tidak dijemput kekasihnya.

EXCHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang