because the opportunity is there
not to be wasted🪷
Motor itu seketika berbelok kearah berlawanan dari seharusnya, sang penumpang tak menyadari hal tersebut karena masih asik melamunkan sesuatu, hingga motor itu berhenti disebuah lapangan, barulah ia sadar. Kalau mereka tak berhenti di rumahnya. Dahi si penumpang mengkerut heran. Sementara di pengendara, Darrel, ia melepas helmnya lalu menoleh kebelakang. Kearah Dita yang masih memasang wajah kepadanya.
“Turun” titah Darrel
Dita tak beranjak dari jok penumpang dan balik menatap Darrel meminta penjelasan. Dita bukan tipe perempuan yang disuruh langsung menurut.
“Lo mau ngajakin gue main basket lagi? Jangan aneh deh, gue udah capek tadi latihan di sekolah. Gue mau pulang, Rel!” protesnya tak senang dengan tindakan Darrel yang ‘menculiknya’ ke lapangan
Darrel mendengus pelan. “Gue bilang turun” perintahnya sekali lagi. Lebih tegas. Tapi Dita malah menggeleng mantapnya
Mau tak mau Darrel menyerah dan ia turun lebih dulu. “Terserah lah” jawabnya sambil pergi menjauh dari sana
Dita kembali dibuat heran. Dahinya semakin mengkerut karena tak mengerti apa maksud Darrel sekarang. Mengajaknya ke lapangan tengah komplek? Ngapain coba? Dan kenapa juga Dita harus menurutinya?
"Haah" dengan rasa penasaran, gadis itu memilih turun dari motor dan menyusul Darrel yang sudah siap dengan bola basket di tangan, dia memang sengaja membawanya untuk latihan
Dita menghela nafas sebal. “Rel, beneran deh. Gue udah cukup kenyang main basket di sekolah. Kalau lo mau main, anterin gue dulu ke rumah. Lo boleh main basket sendirian deh sepuasnya. Minta ditemenin ke temen ekskul basket lo juga engga masalah. Atau.. oke, kalau engga mau, gue pulang sendiri aja”
Belum sempat Dita berbalik badan, dengan cepat Darrel melemparkan bola basket di tangannya kearah Dita. Beruntung gadis itu memiliki reflek yang bagus dan cepat.
“Apa-apaan sih Rel?!” sentak Dita marah
“Tanding lawan gue. Kalau gue menang, lo harus jelasin kenapa sikap lo berubah sama gue belakangan, deal?” Darrel menantang, dirinya seperti sudah siap untuk bertanding serius tanpa pandang bulu
Dita melengos tak suka. Meski begitu, ia tetap maju sambil mendribble bolanya. “Oke tapi sebaliknya, kalau lo kalah..” Dita tampak berfikir menentukan jaminan dari kekalahan Darrel
“Gue jujur sesuatu sama lo. Tentang rahasia gue” jawab Darrel menyarankan
Dita memiringkan wajahnya, menimang. “Emang rahasia lo penting buat gue ya?”
“Menurut lo?”
Dita mengangkat bahu. Memilih untuk tidak memperpanjang adu mulut dan menyetujui kalau persyaratan mereka adalah hal yang tadi disebutkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE
Teen FictionRESE. Satu kata pamungkas yang bisa menggambarkan sosok Erlangga di mata Nanda. Laki-laki berperawakan tinggi nan tampan, yang selalu berekspresi dingin dan memiliki sikap angkuh keterlaluan. Berurusan dengan Erlangga adalah opsi terakhir dalam kamu...