because the opportunity is there
not to be wasted🪷
Sore itu, hujan kembali mengguyur kota Bandung. Mencegat beberapa orang pengendara yang tak membawa jas hujan atau payung, ke bawah bangunan yang bisa mereka gunakan untuk berteduh. Tidak terkecuali dengan Allea, gadis itu sedang menunggu jemputannya di lobi Hotel Four Season tempat fashion show yang telah usai tadi berlangsung. Mobil yang seharusnya menjemput dia belum sampai, kata sang supir, dia masih cukup jauh karena macet dan hujan.
Allea menghela nafas. Mau bagaimana lagi, ini kan sudah faktor alam yang tak bisa dihindari. Dilihatnya orang-orang yang sudah mulai bubar. Andaikan saja dia tidak menolak tawaran Miss Nancy untuk menginap di rumahnya, pasti Allea tidak akan menunggu sendirian di sana.
"Haah"
“Loh Al, belum pulang?” suara itu lagi-lagi membuyarkan lamunan Allea, membuat ia langsung mendongak dan menemukan Ilham yang sedang berdiri di depannya
Allea mengangguk.
“Kenapa?”
“Jemputanku masih di jalan, kejebak macet katanya” jawab Allea singkat, ia kembali memandang keluar jendela yang tampak gelap karena hujan yang mungkin mengguyur hampir seluruh kota
“Sekarang jemputan kamu ada di daerah mana? Kalau masih jauh, biar aku antar aja. Daripada kamu harus nunggu semalaman” tawar Ilham
Allea menolak. “Makasih. Tapi aku engga apa-apa kok nungguin jemputan sampai pagi. Kamu pulang duluan aja dari sini” asal Allea
Bukannya tersinggung atau marah, Ilham malah terkekeh dan duduk di samping Allea. “Ya udah, kalau gitu aku tungguin sampai kamu dijemput. Seenggaknya kamu engga sendirian dan aman”
Allea memutar tubuhnya menghadap Ilham. “Serius aku apa-apa. Di sini juga masih ada security, pasti aku aman. Kamu pulang aja, mumpung hujannya mulai reda” kukuh Allea
“Yah jadi di usir nih?” Ilham tersenyum miring. “Tapi kalau aku engga mau pulang sekarang gimana? Bukan hak kamu nyuruh-nyuruh aku kan?”
“Aku tau tapi—”
“Udah deh, Al. Aku engga masalah kok. Aku tungguin kamu di sini sampai dijemput supir juga engga apa-apa, mau aku antar kamu sampai rumah dalam keadaan aman juga itu bukan masalah?” Ilham mengangkat alisnya, memberikan dua pilihan yang sama sekali tak berpihak pada Allea
“Sorry semisal aku bikin kamu kurang nyaman. Aku cuma mau nolong kamu kok, Al. Engga ada maksud apa-apa”
Dibalik rambut tergerainya, Allea menggigit bibir. Merasa sedikit kesal dengan sikap keras kepala Ilham. Kalau niatnya mau nolong kenapa harus ngotot?!
Gadis itu merogoh tas tangannya dan mengambil ponsel. Menekan icon dial call pada sang supir lalu menempelkannya di telinga, menunggu jawaban dari seberang.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE
Teen FictionRESE. Satu kata pamungkas yang bisa menggambarkan sosok Erlangga di mata Nanda. Laki-laki berperawakan tinggi nan tampan, yang selalu berekspresi dingin dan memiliki sikap angkuh keterlaluan. Berurusan dengan Erlangga adalah opsi terakhir dalam kamu...