because the opportunity is there
not to be wasted🪷
"Pagi, mah" sapa Nanda begitu memasuki ruang makan
Tampak saat itu, sang ibu yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga langsung terhenti begitu menyadari Nanda sepagi ini—ya tak terlalu pagi sih, tapi untuk ukuran Nanda? Ini masih sangat pagi untuk sudah bangun bahkan berseragam lengkap.
"Ada yang bisa Nanda bantu?" tawarnya
Naura mengerutkan kening sebelum mengusap mata beberapa kali. "Kamu yakin Nan, jam segini udah siap?"
Nanda menjadi lesu mendengar ucapan itu. "Emangnya aneh ya kalau Nanda udah siap? Hari ini Nanda mau berangkat bareng Kak Bagas dan Kak Bagas harus berangkat pagi" tutur Nanda dengan santai lalu berjalan mengambil beberapa piring untuk seluruh anggota keluarga
Ah! Naura mengerti kalau putrinya satu ini sudah berbaikan dengan Bagas. Hanya saja, Naura tak menyangka kalau Nanda akan sebegitu riangnya, dan keceriaan itu terus berlangsung sampai Bagas datang menjemput. Nanda segera berpamitan dan menyambut Bagas di depan rumah. Mereka berangkat.
Di sekolah, Nanda juga tak henti-hentinya tersenyum ketika tiba di parkiran. Ia memberi helm full face yang dikenakan kepada Bagas saat turun dari motor. Menunggu laki-laki itu mengunci motornya dan berjalan beriringan menuju ke kelas masing-masing.
Melihat sikap Nanda, Bagas tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum gemas. Mungkin Nanda seperti seorang anak kecil di matanya dan mungkin itulah yang membuat Bagas tertarik dan merasa kehilangan saat keceriaan itu memudar.
"Hari ini seneng banget kayanya, kenapa?" Bagas membuka pembicaraan mereka saat mulai menaiki anak tangga
Nanda menoleh kearah Bagas yang berjalan di sampingnya, mengangkat bahu. "Mungkin karena hari ini cuacanya lagi bagus, jadi aku ikut seneng. Kalau mendung ya ikut sedih" katanya asal, tidak mungkin ia mengaku kalau kebahagiaannya karena si laki-laki kan
Bagas terkekeh kecil. Tangannya bergerak mencapai puncak kepala Nanda dan mengacak-acak rambut panjang yang gerai.
"Kamu tuh! Jadi bukan karena sama aku?" tanya Bagas usil
Sebuah senyum lucu terkembang di wajah Nanda. "Kakak kan pelengkap cuacanya" ujar dia
Mereka tertawa bersama sampai akhirnya berpisah di lantai dua, karena kelas Bagas berada disana, sedangkan kelas Nanda harus naik satu lantai lagi. Nanda melanjutkan perjalanan sambil bersenandung riang menyanyikan lagu 'Teman Bahagia' milik Jaz. Tapi langkah itu langsung terhenti begitu ia mendengar Bagas memanggilnya. Ia berbalik badan dan menatap si laki-laki sambil mengangkat kedua alisnya.
Bagas tersenyum manis pada Nanda. "Pulang sekolah kamu mau pergi bareng sama aku engga? Aku janji bakal nyelesaiin tugas proposal pemilihan ketua OSIS sebelum pulang, jadi kita bisa pulang bareng" katanya
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE
Teen FictionRESE. Satu kata pamungkas yang bisa menggambarkan sosok Erlangga di mata Nanda. Laki-laki berperawakan tinggi nan tampan, yang selalu berekspresi dingin dan memiliki sikap angkuh keterlaluan. Berurusan dengan Erlangga adalah opsi terakhir dalam kamu...