Chapter 03

86 12 0
                                    


Gemerisik dedaunan pohon yang saling bergesekan karena hembusan angin atau suara burung hantu yang tengah mencari mangsa di tengah kegelapan, menjadi teman suara bagi langkah kaki kuda jantan yang Hazael tunggangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemerisik dedaunan pohon yang saling bergesekan karena hembusan angin atau suara burung hantu yang tengah mencari mangsa di tengah kegelapan, menjadi teman suara bagi langkah kaki kuda jantan yang Hazael tunggangi. Menyusuri hutan yang cukup lebat hanya dengan modal nekat dan sebuah obor di tangan kiri sebagai penerangan untuk kembali ke Akadami Ancano.

Hazael sedikit mendongakkan wajah ke langit, menyadari bahwa hari masih sangat gelap. "Sepertinya belum dini hari. Aku harus mencari tempat menginap dulu lalu melanjutkan perjalanan."

Pikiran Hazael mulai melayang-layang di tengah kesunyian malam yang dilaluinya. Genggamannya pada tali kekang kudanya semakin erat. "Aku percaya kalau Ayah takkan terhasut oleh Nizam, tapi Jericho itu licik."

"Sampai sekarang aku tidak mengerti kenapa dia ingin menyingkirkan Avyanna dan bukannya aku," gumam Hazael, bermonolog. "Dia tidak bisa menjadi penerus Duke Oryn karena ada aku. Avyanna? Kurasa dia hanya membenci Avyanna karena gadis itu lebih cantik dibandingkan Delythena."

Senyum miring terukir di wajah Hazael. "Cantik tapi bodoh. Apa gunanya?"

Karena terlalu hanyut dalam emosi, kewaspadaan Hazael menurun. Dia tidak menyadari adanya gangguan di depan jalan setapak yang akan dilaluinya.

Kuda yang ditunggangi Hazael tiba-tiba meringkik hilang kendali, kedua kakinya diangkat ke udara dengan panik.

"Hei, ada apa denganmu?" Hazael menarik erat tali kekang kuda, berusaha mempertahankan keseimbangannya di atas hewan tersebut.

Sang kuda terus meringkik heboh, hingga akhirnya Hazael pun terjatuh dari punggung hewan tersebut.

"Akh!" Tubuh Hazael jatuh tergeletak di atas dedaunan kering yang berguguran. Sang kuda lari tak tentu arah meninggalkan penunggangnya.

"Hei! Kembali kesini!" Buru-buru Hazael bangkit, kemudian memasukkan dua jarinya ke mulut, bersuit untuk memanggil hewan tersebut.

Namun hewan terus berlari kencang, menembus kabut putih tebal yang tiba-tiba muncul entah darimana.

"Apa-apaan kabut ini?" Hazael menepis kabut putih itu dengan kibasan jubah yang dipakainya. "Sial, tadi saat di perjalanan menuju rumah, kabut ini tidak ada!"

Hazael mulai kewalahan. Dia berusaha memandang keluar kabut, namun kabut yang tebal itu mengurangi jarak pandangannya dan parahnya, obornya telah mati karena terjatuh tadi.

"Ini tidak bagus," gumam Hazael dengan raut muka waspada, namun ada sedikit ketakutan terukir disana seiring detak jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat. "Ini bukan kabut biasa. Aku harus keluar dari sini!"

"Apa kau tersesat?" Sebuah suara berat seorang wanita mengejutkan Hazael. Suaranya berasal dari belakangnya.

Pria itu tidak lantas berbalik begitu saja. Dia menggenggam erat pedangnya dan membalikkan badan sembari mengeluarkan pedangnya dari gesper.

Princess Avyanna: The Last Sorcerer Drazhan [ ENHYPEN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang