Chapter 07

45 5 0
                                    

Kuil Basilius memiliki semacam gedung asrama yang digunakan sebagai tempat tinggal bagi para Aiguille

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuil Basilius memiliki semacam gedung asrama yang digunakan sebagai tempat tinggal bagi para Aiguille.

Aiguille sendiri tidak bertugas seharian, melainkan secara bergantian dan sesuai dengan seragam mereka. Namun, hal ini hanya berlaku di beberapa kuil di Kekaisaran Basilius, karena merupakan aturan terbaru dari istana yang baru berjalan selama 3 bulan.

Aiguille dengan setelan kemeja, jubah, serta cadar serba putih adalah Aiguille yang bertugas di dini hingga petang hari. Mereka disebut sebagai Aiguille Matahari. Sedangkan kebalikannya, Aiguille Bulan, bertugas di petang hingga dini hari. Setelan mereka juga berbanding terbalik dengan Aiguille Matahari, yaitu serba hitam.

Meskipun ada perbedaan, namun tugas mereka tetaplah sama. Menjaga kuil dan melayani umat.

Di asrama khusus Aiguille, sosok Savero sedang sibuk mengancingkan kemeja hitam yang membalut tubuh bidangnya. Netra elangnya yang tajam menatap pantulan wajahnya sendiri di cermin.

Di tengah ketertegunannya sendiri atas pantulan dirinya, Savero tiba-tiba teringat oleh pertemuannya Avyanna.

Gadis dengan surai perak dan mata ungu itu adalah satu-satunya orang dengan genetik yang unik di Kekaisaran Basilius, nyaris tak pernah ada.

"Putri Duke Amedeo Oryn ternyata adalah keturunan suku 'itu'. Ini tidak terduga sama sekali," gumamnya lirih. "Tapi, kenapa dia terlihat tidak tahu apa-apa? Apa yang sudah Duke Amedeo lakukan padanya?"

Selesai dengan kancing kemejanya, Savero cadar hitamnya lalu mengunci pintu kamarnya. Tidak lupa mengambil sepasang sepatu boot hitam di belakang pintu.

"Meskipun dia penyihir, tapi dia tidak terlihat berbahaya." Savero tertegun. "Aku harus mengawasinya."

Savero menyisir asal surai gelapnya ke belakang, langkahnya menghampiri jendela kamarnya. Kepalanya melongok keluar dengan tatapan tajam diedarkan ke penjuru kegelapan. Memastikan tidak ada yang mengawasi gerak-geriknya.

Setelah memastikan sekitarnya aman, Savero memanjat jendela kamarnya dan berjongkok disana.

Sepasang mata Savero terpejam, bibirnya menggumamkan sesuatu yang hanya bisa dia dengar. Seketika, cahaya putih keluar dari punggungnya.

Cahaya putih yang berpendar lembut di dalam ruangan itu berputar-putar di belakang punggung Savero, seperti kunang-kunang yang beterbangan. Cahaya putih itu membentuk sepasang sayap dengan bulu berwarna putih yang tumbuh di punggung Savero.

Savero membuka kembali matanya, cahaya putih bagai kunang-kunang itu pun lenyap. Meninggalkan sepasang sayap yang besar.

Tanpa menunggu waktu lebih lama, Savero melompat keluar jendela. Sepasang sayap putihnya mengembang di udara, membawa tubuhnya terbang naik di setiap kepakannya.

"Semoga ini tidak memakan waktu yang lama." Savero menendang pelan pintu jendela untuk menutupnya kembali, baru kemudian dia terbang bebas di langit malam. Menembus dinginnya angin dengan kecepatan terbang bak elang yang mengincar mangsa.

Princess Avyanna: The Last Sorcerer Drazhan [ ENHYPEN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang