Setelah Avyanna sudah pingsan pasca amukannya, para aiguille termasuk Savero membawanya ke kuil untuk disucikan dengan cara dimandikan dengan air suci. Sekaligus untuk mencegah fenomena ini terjadi kembali.
Di sepanjang perjalanan berkuda menuju Kuil Basilius, Savero hanya terdiam di barisan tengah. Keempat rekannya berkuda mengelilinginya.
Tangan kirinya terus mendekap tubuh Avyanna agar gadis itu tidak jatuh dari guncangan kudanya yang berlari cukup cepat. Tentu saja, Savero mengenakan sarung tangan untuk menghindari sentuhan antar kulit.
Tidak butuh waktu yang lama, mereka berlima tiba di area belakang kuil. Di sana, terdapat satu bangunan yang terpisah dari kuil berukuran 4 kali 6 meter. Tempat itu dikhususkan untuk menangani orang-orang dengan kasus seperti Avyanna. Tujuannya agar tidak mengganggu kegiatan beribadah umat.
Kelima orang itu berhenti di depan pintu bangunan sederhana itu. Savero mendekap tubuh Avyanna dengan erat sembari dia turun dari kudanya.
"Biar saya sendiri yang mengurus Putri Avyanna," ucap Savero sembari menopang punggung dan lutut Avyanna. "Kalian kembali saja ke kuil dan lanjutkan pekerjaan masing-masing."
Keempat aiguille tadi bertukar pandang, tatapan mereka ragu membiarkan Savero bekerja sendiri.
"Apa Anda yakin, Aiguille Savero?" tanya Kenneth, seorang aiguille dengan surai blonde sepanjang punggung. Untuk merapikannya, dia mengikat rambutnya itu dengan seutas pita berwarna putih.
"Saya sudah dipercaya oleh Prétre Jovan untuk menangani kasus-kasus seperti ini sendirian." Savero mengangguk. "Jika Anda mengkhawatirkan saya, Anda boleh ikut."
Wajah Kenneth memerah malu mendengarnya. Dia sudah pasti takkan mau ikut jika memang Jovan sudah mempercayakan hal seperti ini pada Savero. Hal itu sama saja dengan meragukan perintah Jovan.
Kenneth lalu membungkukkan badannya, meletakkan tangan kanannya di dada kirinya. "Maafkan kesalahan saya, Aiguille Savero. Silakan lanjutkan pekerjaan Anda."
Savero kembali mengangguk kecil sebagai balasan. Kelima aiguille itu pun berpisah. Savero masuk ke bangunan yang terpisah dari kuil itu, sementara keempat rekannya masuk ke kuil.
Di dalam bangunan itu, hanya ada cahaya dari jendela yang dibuka serta lilin ketika malam menjelang. Ada dua buah lemari berisikan obat-obatan dan ramuan khusus yang dibuat oleh serveur yang diwadahi dalam berbagai ukuran botol.
Secara keseluruhan bangunan itu terlihat normal sebagaimana rumah yang layak untuk ditinggali. Bahkan ada pemandian juga di sana. Namun fasilitas itu digunakan untuk menyucikan badan manusia dari iblis yang merasukinya.
Savero membaringkan Avyanna dengan hati-hati di atas tempat pembaringan yang ada di tengah ruangan. Savero terdiam untuk beberapa saat lamanya, kemudian berdiri bersedekap.
"Anda bisa bangun sekarang, Putri Avyanna," ucap Savero tenang.
Seketika mata Avyanna terbuka lebar. Dia menoleh cepat pada Savero yang menatapnya dengan tatapan datar. "Bagaimana Anda bisa tahu kalau saya hanya bersandiwara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Avyanna: The Last Sorcerer Drazhan [ ENHYPEN ]
Fantasy[ Fantasy ] [ Dark Romance ] Hidup bersama saudara yang selalu merasa tersaingi olehnya, tidak membuat Avyanna merasa terasingkan. Hingga suatu hari, ketika sang kakak sulung dan sang ayah meninggalkan dunia untuk selamanya, tantangan baru dalam hid...