[ Fantasy ] [ Dark Romance ]
Hidup bersama saudara yang selalu merasa tersaingi olehnya, tidak membuat Avyanna merasa terasingkan. Hingga suatu hari, ketika sang kakak sulung dan sang ayah meninggalkan dunia untuk selamanya, tantangan baru dalam hid...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beberapa saat sebelumnya ....
Dengan waktu yang sama dengan kemarin, Avyanna kembali meninggalkan kediaman Duke Oryn secara diam-diam. Dia merapatkan jubah hitam ke tubuhnya yang dibalut setelan kemeja putih dan celana panjang berwarna biru gelap. Kakinya terbungkus sepatu boot tinggi.
Gadis itu menyewa seekor kuda dari tempat sewanya untuk menghemat waktu perjalanan. Setelah mendapatkan kudanya, Avyanna menungganginya menuju ke makam.
Hawa dingin dan kegelapan menjadi tak asing semenjak Avyanna keluar untuk memantau makam Hazael. Malam ini pun dia akan pergi lagi kesana untuk ke makam Amedeo, mengabaikan sakit hati atas ucapan Jericho.
"Kira-kira apa rencana Aiguille sok misterius itu?" gumam Avyanna seraya mengeratkan cengkramannya pada tali kekang kuda. "Bodoh, seharusnya aku bertanya kemarin."
Kuda yang Avyanna tunggangi perlahan menyusuri jalanan yang dekat dengan hutan Jaziel. Namun ketika dia melintasi jalanan itu, telinganya menangkap sebuah suara alat musik petik yang dimainkan.
Perhatian Avyanna tercuri oleh suara itu, tanpa sadar dia menarik tali kekang kudanya untuk menghentikan larinya.
Avyanna menajamkan pendengarannya. Tidak ada suara apapun selain suara merdu itu dan semilir angin malam. "Siapa yang bermain alat musik di tengah malam begini?"
Semakin lama didengar, suara itu semakin merdu dan memabukkan. Suara itu berasal dari dalam hutan Jaziel.
Cengkraman Avyanna semakin erat ke tali kekang kuda. Netranya menatap horor pada hutan yang berada tak jauh dari posisinya sekarang.
"Ini jebakan." Buru-buru Avyanna menarik tali kekang kudanya, mengarahkannya ke tujuan sah mereka.
"Hieh!" Sang kuda meringkik, kedua kaki depannya diangkat ke udara.
Avyanna terkejut, dia menarik tali kekang kuda untuk mempertahankan posisinya dan menenangkan sang kuda. "Hei, hei! Tenanglah, kawan! Ada apa?"
Sang kuda kembali menurunkan kedua kakinya ke tanah. Tanpa Avyanna duga, hewan tersebut berlari kencang menuju ke hutan Jaziel.
"Hei! Hei! Berhenti! Tujuan kita bukan kesana!" Avyannna panik seketika. Hewan tunggangannya itu mendadak tak bisa dikendalikan, mengamuk. Ketika tali kekang ditarik, dia akan meringkik dan mengangkat lagi kakinya, kemudian kembali berlari menuju ke hutan.
Dengan lincah sang kuda melompati akar-akar pohon yang mencuat keluar dari dalam tanah. Kakinya menginjak dedaunan kering yang berserakan di tanah. Hewan itu berlari menerobos hutan dan menghindari pepohonan yang menghalangi jalannya.
Semakin masuk, suara petikan dari alat musik yang dimainkan juga semakin jelas terdengar di telinga. Tanda bahwa Avyanna hampir tiba di tempat yang dituju oleh sang kuda.
Avyanna melihat ke sekitar, netranya menemukan sebuah dahan pohon yang rendah dan bisa dia gapai.
Tanpa berpikir panjang lagi, Avyanna melepaskan pegangannya pada tali kekang kuda. Kedua tangannya terangkat tinggi sembari dia berusaha berdiri. Ketika hampir dekat dengan dahan yang dia lihat tadi, kedua tangan Avyanna segera berpegangan erat pada dahan itu.