Cahaya matahari yang hangat memasuki ruang kerja Avyanna melalu 5 jendela besar berukuran 2 kali 1,5 meter. Suara burung-burung kecil yang berciutan secara bersahut-sahutan di pohon yang tingginya mencapai jendela tengah yang memiliki balkon.
Avyanna duduk di kursinya dengan satu tangan memegang surat adopsinya. Menatap datar tanpa ekspresi apapun.
"Kemarin malam, Aiguille Savero kelihatan bingung saat kukatakan kalau aku adalah anak adopsi," gumamnya, telunjuknya mempermainkan sedikit permukaan kertasnya. "Kenapa, ya? Bukankah semua orang berpikir begitu? Apakah Aiguille Savero tidak?"
Helaan nafas kecil terdengar dari belah bibir Avyanna. Netranya perlahan terpejam. Sekelebat ingatan tentang jawaban Savero semalam terlintas di kepalanya.
"Panti asuhan Novalie berada tidak jauh dari daerah Duchy Oryn, lebih tepatnya berada di pinggir kota. Panti asuhan itu bangkrut sekitar dua belas tahun yang lalu. Saya pernah pergi kesana ketika usia saya masih dua belas tahun. Jika Anda berkenan, saya bisa mengantar Anda besok pagi. Kita bertemu di perpustakaan dekat kuil saja."
Avyanna beranjak keluar dari ruangannya, menuju ke tempat para kuda dikandangkan. "Aku harus pergi sekarang. Aku harus cari alasan kenapa aku akan pergi lama hari ini."
"Kau mau kemana?" tanya sebuah suara seorang laki-laki.
Langkah Avyanna terhenti. Dia membalikkan badannya dengan cepat.
Jericho berdiri dengan kedua tangan disilangkan di depan dada. Netranya menatap Avyanna dengan tatapan angkuhnya.
"Ke Kuil Basilius." Avyanna menjawab singkat, tidak memberikan sedikit pun minat untuk berbasa-basi dengan Jericho. "Tadinya aku akan menemuimu untuk pamit."
Sebenarnya aku mau kabur saja, tapi aku pasti akan diinterogasi pulangnya, batin Avyanna dongkol dengan kehadiran Jericho. "Namun melihatmu berada disini, nampaknya ada yang ingin kau sampaikan."
Alis kanan Jericho terangkat, sudut bibir kanannya terangkat. "Meskipun ada kepentingan mendesak sekali pun, aku bahkan tak mau meludah ke wajahmu."
Jericho berjalan mendekati Avyanna, tatapannya berubah jadi tatapan licik. Pria itu kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga sang adik.
"Besok malam Pangeran Mahkota Nizam El-Pervaiz akan datang melamar. Untuk menjaga kesucianmu, kau dilarang meninggalkan kamar apapun alasannya," bisik Jericho dengan nafas yang panas menerpa telinga Avyanna.
Avyanna membeku di tempatnya berdiri, netranya membola dengan sempurna dengan raut muka terkejut. "Apa-apaan ...."
Jericho menegakkan badannya, kedua tangannya beralih disatukan di belakang punggung. "Apa yang baru saja kuperintahkan adalah tradisi kekaisaran kita untuk melindungi wanita yang akan menikah dengan lamaran resmi. Apa kau akan melanggar yang ini dan mempermalukan keluarga Duke Oryn?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Avyanna: The Last Sorcerer Drazhan [ ENHYPEN ]
Fantasi[ Fantasy ] [ Dark Romance ] Hidup bersama saudara yang selalu merasa tersaingi olehnya, tidak membuat Avyanna merasa terasingkan. Hingga suatu hari, ketika sang kakak sulung dan sang ayah meninggalkan dunia untuk selamanya, tantangan baru dalam hid...