Cukup lama Avyanna menatap tajam pada sang Aiguille yang terkejut dengan kehadirannya. Genggamannya pada lengan sang Aiguille juga perlahan semakin erat.
Sementara itu, mata sang Aiguille menatap dengan ekspresi menyelidik. Tak berusaha untuk melepaskan diri.
"Putri Avyanna! Apa yang Anda lakukan?" Jovan menegur Avyanna secara refleks. Buru-buru pria berusia 50 tahun itu menarik Aiguille itu dari Avyanna dengan raut wajah murka. "Apakah Duke Amedeo tidak pernah memberitahu Anda, bahwa Aiguille tidak boleh sembarangan disentuh? Sungguh perbuatan yang kurang ajar!"
Para pengurus kuil dianggap sebagai orang suci dan contoh baik bagi masyarakat. Pengurus kuil adalah mereka yang meninggalkan hal duniawi demi melayani Sang Dewi seumur hidupnya.
Salah satunya adalah dengan tidak bersentuhan dengan lawan jenis.
Avyanna melepaskan cengkramannya dari lengan sang Aiguille. Tidak berniat sedikit pun untuk mendebat Jovan. Fokusnya hanya tertuju pada sang aiguille.
"Mohon maafkan saya atas kelancangan saya ini, Prétre Jovan dan Tuan Aiguille." Avyanna membungkuk pada kedua orang di hadapannya itu.
Aiguille itu mengangguk sekali dengan tegas. "Tidak apa-apa, Putri," ucapnya dengan nada dingin dan datar, mengembalikan sikap profesionalnya.
"Mari kita pergi, Aiguille Savero," ajak Jovan seraya membalikkan badan dan berjalan terlebih dahulu, melirik sinis pada Avyanna.
Avyanna tidak ambil pusing dengan reaksi negatif yang Jovan berikan padanya. Dia lebih tertarik untuk menggali informasi tentang rencana pria berpakaian serba putih di depannya ini.
'Jadi namanya Savero? Sepertinya aku pernah dengar, tapi dimana?' batin Avyanna, merasa tak asing. Dia diam-diam mencuri pandang pada sang Aiguille.
"Urusan saya disini sudah selesai, Prétre Jovan," kata Savero dengan sopan seraya membungkuk sedikit dan meletakkan telapak tangannya di dada kirinya. "Saya pamit untuk kembali ke Kuil Basilius."
Jovan berhenti berjalan, raut mukanya mengatakan kalau dia benar-benar terinterupsi oleh Avyanna.
"Baiklah, hati-hati di jalan, Aiguille Savero," ucap Jovan seraya berjalan pergi.
Savero kembali menegakkan badannya, kemudian menoleh pada Avyanna. Namun dia tidak segera mengucapkan satu patah kata. Hanya diam.
Jadi ini orangnya? Putri angkat Duke Amedeo Oryn yang berambut perak? pikir Savero, terus meneliti sosok Avyanna. Selama ini aku sudah mendengar tentangnya dari gosip para pengunjung kuil. Rupanya ... dia sudah sebesar ini.
"Jika Anda membutuhkan bantuan saya, Anda bisa menemui saya dan mengatakan apa yang Anda butuhkan tanpa perlu menarik tangan saya," tegur Savero dengan nada bicara dinginnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Avyanna: The Last Sorcerer Drazhan [ ENHYPEN ]
Fantasy[ Fantasy ] [ Dark Romance ] Hidup bersama saudara yang selalu merasa tersaingi olehnya, tidak membuat Avyanna merasa terasingkan. Hingga suatu hari, ketika sang kakak sulung dan sang ayah meninggalkan dunia untuk selamanya, tantangan baru dalam hid...