Chapter 04

69 7 0
                                    


Selepas pemakaman, suasana di mansion mendadak berubah jadi dingin ketika Amedeo dan ketiga anaknya kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas pemakaman, suasana di mansion mendadak berubah jadi dingin ketika Amedeo dan ketiga anaknya kembali.

Amedeo hanya menatap lurus dengan tatapan kosong ke depan. Seakan-akan dia hidup tanpa tujuan. Helaan nafas yang berisikan beban yang berat di pundaknya perlahan keluar dari mulutnya.

Avyanna memperhatikan punggung Amedeo dari belakang dengan tatapan datar. Di situasi sekarang ini Ayah pasti tidak akan bisa ditanyai apa-apa. Aku harus menahan diri dulu.

"Ayah akan beristirahat sebentar," kata Amedeo tiba-tiba tanpa membalikkan badannya pada ketiga anaknya. "Jericho, bantu adik-adikmu untuk mengurus jamuan pelayat yang akan datang besok."

Jericho mengangguk. "Serahkan saja pada saya. Ayah jangan khawatir."

Amedeo kembali berjalan, menaiki anak tangga untuk menuju ke kamarnya. Namun sesampainya di lantai dua, pria itu berhenti. Perhatiannya tertuju pada Jericho yang kini tengah memberikan tugas pada Avyanna dan Delythena.

"Haa ... satu-satunya anak laki-laki yang kupercayai untuk menopang keluarga ini telah tiada.," gumamnya, tangannya berpegangan pada pegangan di tangga dengan erat. "Apa yang harus kulakukan sekarang? Bagaimana nasib keluarga ini untuk ke depannya?"

_____ _____

Mulai dari pagi hingga malam, ada begitu banyak para tamu dari berbagai daerah yang berdatangan ke kediaman Duke Oryn, untuk menunjukkan bela sungkawa atas kematian putra sulung keluarga tersebut.

Seluruh anggota keluarga mengenakan pakaian serba hitam saat menyambut para tamu. Beberapa di antara mereka adalah teman-teman Hazael yang datang terburu-buru setelah Jericho mengirim surat ke akademi tempat Hazael belajar, perihal kematian sang kakak.

"Ini sungguh tidak kusangka, padahal malamnya aku sempat mengobrol dengan Hazael," kata seorang pria bersurai cokelat muda yang baru saja sampai di ruang duka dengan nada pelan. Dia duduk sendirian di bangku panjang seraya menopang kepalanya dengan dua tangan.

Avyanna menghampirinya dan menyajikan koliva pada pria itu. "Umur tidak ada yang tahu, Tuan Muda Donovan. Ah, ini. Silakan nikmati hidangannya."

Pria yang dipanggil Avyanna sebagai Donovan, adalah putra sulung keluarga Marquess Silas. Ia adalah teman terdekat sekaligus teman sekamarnya Hazael di Akademi Ancano. Avyanna cukup dekat dengan pria itu karena beberapa kali Hazael pernah mempertemukan mereka ketika jamuan.

Donovan menoleh, menatap iba pada Avyanna seraya menerima hidangan yang gadis itu sajikan untuknya. "Kuharap kau dan sekeluarga diberi ketabahan dan keikhlasan. Huh, seandainya saja aku mencegah Hazael pergi, mungkin dia takkan mengalami ini."

Avyanna menatap lekat pada Donovan. "Mencegah Kak Hazael pergi?"

Donovan mengangguk. "Dia begitu keras kepala untuk meninggalkan asrama malam itu setelah seekor burung merpati mengantarkan sebuah pesan padanya. Saat kutanya ada apa, dia hanya bilang kalau ada hal penting mendesak yang harus segera dia urus."

Princess Avyanna: The Last Sorcerer Drazhan [ ENHYPEN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang