Chapter 21

20 5 0
                                    

Sosok pria dalam balutan jas hitam yang koyak itu telungkup tidak berdaya di balik semak belukar di hutan antah berantah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sosok pria dalam balutan jas hitam yang koyak itu telungkup tidak berdaya di balik semak belukar di hutan antah berantah. Baik lengan, badan, dan kakinya semua terdapat luka sayat yang mengalirkan cairan amis berwarna kemerahan yang perlahan mulai mewarnai rerumputan di sekitarnya.

"Ahh ... seharusnya aku tidak berkuda terlalu jauh. Mana kutahu ada tebing di sana?" gumam Amedeo di tengah rasa sakitnya. "Apakah Osian bisa menemukanku disini?"

Amedeo mati-matian mengangkat kepalanya, menatap ke atas. Mendapati tubuhnya dinaungi oleh pepohonan yang rindang, cahaya matahari menembusnya hingga ke tanah.

"Sial, apa aku akan mati seperti ini?" ucap Amedeo lirih.

Di tengah keputusasaan itu, samar-samar telinganya menangkap suara langkah yang bergesekan dengan dedaunan kering di tanah. Begitu hati-hati dan perlahan.

Amedeo meletakkan kepalanya, memejamkan mata. "Ahh ... aku tidak akan terkejut jika ternyata aku diintai binatang buas. Apa yang bisa lebih buruk dari ini?"

Amedeo berusaha untuk bangkit. Kedua lengannya gemetar menopang berat badannya sendiri.

Netra Amedeo mencari-cari pedangnya, yang rupanya tergeletak tak jauh darinya. Dengan tangan gemetar, Amedeo mengambil senjatanya. Dia menggunakan pedang berhias mata berlian berwarna ungu pada pegangannya itu untuk membantunya berdiri.

Namun, bukan binatang buas atau apapun yang didapatinya. Melainkan wanita sosok cantik dalam balutan gaun putihnya yang bersih bak seorang dewi.

Matanya berwarna ungu dan berkilau. Surainya perak sepinggang. Di dalam sorot matanya, ada ketakutan dan sedikit rasa penasaran. Tangan kanannya, membawa sebuah keranjang berisikan buah berry.

"Hei, kau baik-baik saja?" tanya wanita itu takut-takut.

Hah? Sedang apa seorang wanita di tengah hutan begini? Amedeo terpaku di tempatnya berdiri, memandangi sosok itu. Ah, itu bukan hal yang penting! Yang penting aku telah bertemu manusia dan bisa minta bantuan.

"H-hei, maaf, Nona. Apakah kau bisa--" Ucapan Amedeo terputus. Tubuhnya terhuyung ke depan dan jatuh pingsan karena kehilangan terlalu banyak darah, di depan kaki wanita itu.

_____  _____

Semilir angin dengan lembut namun kerap, terus menerpa wajah Amedeo. Perlahan namun pasti, pria itu mulai membuka kelopak matanya.

Yang pertama kali dia dapati adalah pemandangan buram dari langit-langit dedaunan pohon yang teduh. Berbaring di hamparan rumput. Angin semilir menyejukkan badannya.

"Dimana ... aku?" gumam Amedeo. Dia beranjak bangun, menggunakan siku kirinya sebagai tumpuan badannya. Sementara tangan kanannya memegangi kepalanya. "Pusing sekali ...."

Dia mendapati dirinya berada di dekat sungai kecil yang jernih. Airnya mengalir dengan begitu tenang.

"Bagaimana bisa aku berada disini?" gumam Amedeo. Dia mencoba bangun untuk duduk dengan cara bertumpu dengan menggunakan sikunya. "Eh, lukaku?"

Princess Avyanna: The Last Sorcerer Drazhan [ ENHYPEN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang