26

25.1K 1.8K 244
                                    

Mata kelam itu menatap tajam si anak tunggal yang berjalan lunglai memasuki rumah.

"Dari mana huh?" Jane berucap dingin.

Walau sebagian lampu dimatikan, wajah Jane masih terlihat dengan bibir merah yang sudah menjadi ciri khasnya.

San berjalan menghampiri sang ibu, ini sudah pukul tiga dini hari, San pikir Jane sudah tidur ternyata ia salah, wanita itu menunggunya. Padahal sengaja ia pergi malam-malam untuk menemui Arvi.

"Sudah ya mom?" San berucap tiba-tiba, suaranya serak, tubuhnya luruh ke lantai. "Ayo hentikan teater ciptaanmu ini, maha karyamu sudah hancur mom," sambungnya.

Jane menatap datar San, membiarkan sang anak terduduk lemah pada dinginnya lantai.

"Apa lagi sekarang mom? Ak-aku sudah lelah," sambung San. "Duniaku sudah kubiarkan pergi."

Bayangan masa dimana San masih tahu mainan robot kembali berputar.

"Mommy daddy membelikan San mainan."

Anak yang pada dasarnya pendiam itu memperlihatkan box mainan pada sang ibu yang asik menyiram kebun bunganya.

"Itu bagus," sahut Jane, matanya masih fokus pada bunga-bunga.

San tak lagi bersuara, ia mulai memainkan robot dan mobil-mobilan di gazebo sambil mendengar sang ibu yang bersenandung.

Asik bermain sendiri sampai tak sadar jika Jane sudah duduk di sampingnya.

"Seru bermain?" tanya Jane.

San mendongak, ia mengangguk. Elusan ia dapat dari Jane.

"Mommy, bagi mommy San itu apa?" tanya si kecil.

"Maha karya, kau maha karya dan juga bunga mawar." Jane tersenyum, "jika ada yang merusaknya, maka kedua tangan mommy ini yang akan membalas," sambung Jane.

San tertunduk, ucapan Jane di masa lalu benar. Ibunya, ibunya memang rumah bagi San tapi San bagi Jane adalah maha karya yang tak boleh di rusak.

San mengeluarkan pisau kecil dari sakunya, lalu melemparnya tepat di depan kaki sang ibu.

"Ayo rusak semuanya, semua sudah selesai ... "

Jane berjongkok menatap wajah kacau San, ia terkekeh lalu mengambil pisau itu.

"Bukankah tinggal satu hama lagi yang harus dilenyapkan?" ucap Jane.

San menggeleng. "Sudah! Tidak lagi! Arvi sudah pergi, jangan juga Elio. Kenapa kau begitu kejam menyakiti orang yang tak bersalah, aku sama sekali tak rusak."

Jane tertawa renyah, melihat bagaimana frustrasinya San.

"Maaf karena telah jatuh cinta, maaf mom ... aku tak akan jatuh cinta pada siapapun lagi." San bersujud di depan sang pemilik maha karya ini.

Ketakutan San selama ini adalah Jane, wanita ini sungguh posesif dan manipulatif sampai San sering kali terjebak. Jane tak menyayanginya, Jane terobsesi padanya.

Bahkan membuat skenario kejam demi membasmi yang menurutnya hama di bunga mawar, San si bunga mawar melukai orang dicintainya dengan duri dan San sendiri hancur saat kelopaknya dicabik satu persatu. San ingat dulu saat kecil mainan robotnya rusak, ia begitu takut mengatakannya pada Maven maupun Jane, tapi saat itu Jane menenangkannya dan berkata 'tenang daddy tak akan marah karena ada mommy' perkataan yang menghipnotis, tapi saat malam hari ia terbangun, dan melihat Jane bicara sendiri.

"Mainan ini yang sudah membuat San mengabaikanku."

San melihat bagaimana Jane merusak mainnya yang lain, dari sana ia tak mau mengadu pada Jane.

SECOND [lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang