Arvi diam menyimak perbincangan teman-teman San, saat ini ia bergabung makan bersama seperti janji sang dominan malam tadi. Arvi pikir makan berdua, kencan. Ternyata San mengajak teman-temannya juga.
"Bukankah ini lucu?" Elio memperlihatkan foto kecil dirinya dan San, terlihat San memeluk tubuh mungil dirinya. Masa kecil keduanya begitu menyenangkan, sepertinya.
"San kau menggemaskan saat kecil tapi kenapa sekarang menyebalkan huh?" timpal Hia dibarengi dengan kikikan.
Semua terdengar menikmati, hanya Arvi yang diam. Sedari dulu ia tak pernah bisa menembus pertemanan sang dominan, seolah ada dinding kokoh antara dirinya dan teman-teman sang kekasih. Mereka tak pernah bisa ramah padanya, terlebih Hia pria itu selalu sinis jika ia dan San datang bersama.
"Vi kenapa kau diam saja? Apa pastanya tak enak? Aku baru belajar membuat pasta, katakan saja jangan ragu, " ucap Elio, saat menyadari keterdiaman Arvi.
"Tidak, aku menyukainya," sahut si manis ia memberi senyuman tipis.
"San, lihat kekasihmu ini selalu diam. Ayolah, seharusnya kau ajak dia bicara. Arvi pasti merasa bosan," tutur Elio, ia berdecak sebal dengan sikap cuek San.
San melirik sang kekasih yang memberinya senyuman, seolah mengatakan jika ia baik-baik saja.
"Si Arvi memang selalu diam, mungkin ia tak nyaman dengan kita," celetuk Bawen ia ikut melirik Arvi.
Arvi merasa gugup saat menjadi topik perbincangan, terlebih merasa semua orang mengalihkan atensi pada dirinya.
"Jika tak nyaman lebih baik tadi tak ikut," timpal Hia, ia mendengkus setelahnya.
Mendengar celetukan Hia membuat Arvi semakin merasa terpojok, ia menatap San mencoba tersenyum kembali.
"Ka-kalian bisa kembali berbincang aku tak apa dan aku nyaman, hanya saja aku ingin menghabiskan pastaku," tutur Arvi, tak ingin lagi membuat suasana semakin buruk.
Seperti apa yang dikatakan Arvi, kembali mereka asik dengan perbincangan. Ini hari libur, jadi wajar bukan berkumpul bersama teman untuk sekedar melepas lelah? Arvi tak memiliki teman banyak seperti San, ia hanya memiliki satu teman dekat di tempatnya bekerja dan itu juga sudah sangat menyenangkan, karena itulah ia tak ingin melarang San berkumpul dengan teman-temannya, itu hak San.
Arvi sudah biasa di anggurkan jika ikut, terkadang ia akan memainkan ponsel atau melihat kolam ikan milik Bawen. Teman San yang satu ini memiliki taman belakang yang cukup luas dan terdapat kolam ikan, Arvi menyukai ikan-ikan di sana.
Seperti sekarang setelah lama diam bersama yang lain, Arvi memilih pergi dan memasukan setengah kakinya ke dalam kolam, membiarkan ikan-ikan menyentuh kakinya.
"Bukankah tak sopan, pergi hanya untuk melihat ikan?"
Arvi mendongak saat mendengar celetukan seseorang, ia gelagapan mendapati Bawen yang menatapnya dengan sebatang rokok yang di apit dibelah jarinya.
"Ma-maaf ... aku hanya ingin melihat mereka." Arvi melirik ikan-ikan itu membuat Bawen terkekeh dengan tingkah konyol dirinya.
Bawen bukan termasuk orang yang sinis pada Arvi, tapi walau begitu ia juga tak dekat dengan submisif milik San. Setiap berkumpul di rumahnya, ia akan mendapati Arvi tengah tertawa dengan ikan-ikan miliknya, dan itu membuat Bawen penasaran kenapa Arvi begitu suka duduk di pinggir kolam.
"Kenapa kau selalu diam di sini dan tertawa dengan ikan-ikan?" tanya Bawen.
"Di sini nyaman, aku menyukai saat ikan-ikan menghampiriku ketika aku memberi mereka makan. Seolah mereka begitu membutuhkanku," jelas Arvi.

KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND [lengkap]
RomanceArvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. San terlalu perhatian dan menyayangi Elio, sahabat kecilnya. Sampai melupakan jika Arvi selalu cemburu...