29

24K 1.5K 124
                                    

Bugh

Bogeman mentah San terima, otaknya tak bisa memproses dengan hal yang baru saja ia dapatkan.

Bugh

Lagi ia mendapat pukulan di perutnya sampai tersungkur.

"Apa yang kau lakukan sialan!" San berdiri dengan susah payah, kedua mata kelam itu menatap pria dihadapannya sengit.

"Kau bertanya huh? Dimana Ezra?! Bukankah kau bilang tak akan mengambilnya lagi, lalu kenapa kau mengambilnya secara diam-diam!" Bawen meledak, amarah yang sudah lama tenggelam kini naik kepermukaan, menatap jengkel pada San.

San terdiam, ia mengambil Ezra? Sedari tadi ia diam menunggu ruang rawat Kio dan Elio, lalu tiba-tiba Bawen datang menuduhnya.

"Jaga ucapanmu," ucap San pada akhirnya, ia bukanlah bajingan tengik seperti itu.

"Bawen ... bagaimana?"

Atensi San teralihkan saat Arvi datang dengan tergesa-gesa tampak jelas raut khawatirnya.

"Ada apa? Katakan padaku, ada apa dengan kalian dan kenapa kau memukulku sialan?" tutur San, ia meludahkan darah dari mulutnya.

"Ezra menghilang saat tengah bermain ditaman, dan ada sebuah surat yang menyatakan kau dalangnya! Pantas kau mendapatkan pukulan." Arvi menyahut, ia menatap San penuh kebencian.

"Seperti apa tulisannya?" tanya San, hatinya mulai gelisah.

Arvi melemparkan selembar kertas lusuh.

'Apa yang menjadi milikku akan ku ambil kembali, milikku tetap milikku tidak akan bisa membawanya'

San Maven

San meremat kertasnya, ia tahu siapa dalang dari ini semua. Tulisan itu bukan untuk Ezra, melainkan pernyataan akan dirinya seorang maha karya Jane yang tak bisa dimiliki orang lain.

"Dimana putraku?!" Arvi menarik kerah kemeja San, "kau pembohong, kau tak pernah menepati janji bahkan ucapanmu, kau memang pecundang, aku benar-benar mengutuk takdirmu dan diriku yang mempertemukan kita."

Arvi mendorong San, membuat sang dominan diam. Ribuan tali panas milik Jane yang mengikatnya tak begitu terasa dibanding ucapan Arvi barusan.

"Aku membencimu! Kembalikan putraku! Kenapa kau masih mengusik hidupku? Bukankah kau sudah bahagia dengan anakmu yang lain?!"

"Brengsek, bajingan ... jangan pernah menampakkan wajahmu dihadapanku, kau dan aku adalah sebuah kesalahan yang begitu menjijikan. Enyah dari hidupku!"

"Kegagalanku adalah kau, bagaimana bisa aku pernah mencintai pria pecundang sepertimu, kau bahkan tak pernah bisa menunjukkan rasa cintamu padaku."

Lontaran kebencian itu seolah berhasil meremas hati San, ya, selama ini yang ia lakukan hanya bersembunyi sampai semua terluka karena dirinya. Jika saja mereka tak mengenalnya, mungkin tak akan ada yang terluka. Kesialan dalam hidup mereka adalah dirinya.

"Ak-aku akan mengembalikan Ezra," ucap San. Siapa lagi jika bukan Jane pelakunya? Ah, ibunya tak membunuh raganya melainkan mental dan karakternya.

San melangkah gontai, pendengarannya seolah tuli dengan yang lain, hanya penuturan Arvi yang terus terngiang di telinganya.

______

Dan di sinilah San sekarang, masuk kembali ke dalam menara penuh kecaman. Berdiri, berhadapan dengan pemilik sang maha karya.

"Mawar kembali? bagaimana bisa bajumu lusuh? Apa ada yang mau membuang durimu sampai kau harus terluka seperti ini?" Jane mengusap bahu sang anak.

SECOND [lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang