Di sebuah rumah sakit bernama "Ananta Medika Center" yang sepi, keheningan terpecah oleh suara langkah kaki yang ragu-ragu mendekati sebuah kamar. Di dalamnya, Celine duduk dengan wajah murung, tatapan matanya kosong saat ia duduk bersama sahabatnya, Bianca. Sementara itu, Louis berdiri di luar kamar, menatap pintu dengan rasa cemas yang sulit untuk disembunyikan."Apakah kau ingat apapun, Celine?" suara Bianca memecahkan keheningan.
Celine menatap kosong ke arah Bianca, "Tidak."
Bianca menatap Celine dengan penuh perhatian, lalu ia bertanya ragu, "Ngomong-ngomong, apakah kau sungguh tidak mengenali Louis?"
"Sebenarnya, aku merasa aneh sekali, hatiku terasa sakit saat melihat dia, apakah ini efek samping operasiku?" jawab Celine dengan suara serak.
Sesaat kemudian, Louis masuk ke dalam kamar dan mendengar percakapan itu. Dengan langkah berat, ia mendekati Celine, "Apakah masih sakit?"
Bianca yang mengerti tentang situasi saat ini langsung keluar dari kamar dan memberikan ruang agar mereka dapat berbicara berdua.
Celine menoleh ke arah Louis dengan tatapan bingung, "Aku tidak mengerti apa yang kau inginkan."
Louis meneteskan air mata tanpa berkata-kata, lalu dengan suara bergetar ia bertanya, "Kamu sudah minum obatmu?"
Celine semakin kesal, "Pergilah."
Louis menarik nafas dalam-dalam, "Apakah kepalamu sakit?"
"Jangan bertanya, kau membuat hatiku semakin sakit." kata Celine
Louis terdiam sejenak, lalu dengan suara lembut ia memohon, "Tolong tetap sehat, minum obat tepat waktu, tolong lakukan itu untukku,"
Celine terdiam, tatapannya mulai melemah, sementara Louis terus menangis, menahan rasa sedih yang terlalu berat untuk diungkapkan.
"Jangan tidur terlambat dan jangan sakit lagi. Hiduplah lebih bahagia," ucap Louis sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya.
Dengan langkah gemetar, Louis keluar dari kamar, meninggalkan Celine yang sekarang duduk termenung di kasur. Celine merasakan sakit di dalam dada tak mampu dijelaskan dengan kata-kata.
Di luar kamar, Louis menangis. Air mata yang tak terbendung membasahi pipinya, menunjukkan betapa besarnya rasa penyesalan yang ada di dalam hatinya. Ia teringat akan masa-masa bahagia bersama Celine, tetapi kini semuanya tinggal kenangan yang kian pudar.
Hati Celine terus berdegup dengan perasaan campuran antara marah dan kehilangan. Kecelakaan siang tadi telah merenggut ingatannya, menyisakan kekosongan yang penuh dengan kebingungan dan rasa kehilangan yang tak terlukiskan.
Sejenak kemudian, Bianca masuk ke dalam kamar dengan sebuah bungkusan makanan, mencoba memecah keheningan yang menyelimuti ruangan itu. "Celine, mungkin kau harus mencoba makan sedikit. Ini pasti akan membuatmu merasa lebih baik," ucap Bianca dengan suara lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality:1022
Romance[END] Jika anda menyukai cerita romansa yang cukup realistis, anda harus membaca cerita ini. Sinopsis : Kirana Franceline, atau yang akrab disapa Celine, baru saja kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya di University of Illinois, Chica...