Louis dan Celine duduk berdua di sebuah bangku taman yang cukup lebar, dikelilingi oleh hijaunya pepohonan dan riuh rendah tawa anak-anak yang bermain. Angin sore berhembus lembut, membawa aroma musim semi yang segar.
"Lalu, kira-kira apa yang akan kita lakukan di sini?" tanya Louis setelah beberapa saat keheningan yang penuh rasa nyaman.
Celine berdiri perlahan dari bangku yang mereka duduki, langkahnya kecil namun pasti. Ia berjalan menjauh dari bangku tersebut, namun tetap dalam pandangan Louis.
"Lin, kau mau kemana?" tanya Louis penuh penasaran.
Celine berbelok menuju penjual es krim yang ada di di taman itu. Ia membeli dua es krim rasa coklat, kesukaannya. Kembali ke bangku, ia menikmati kedua es krim itu sendirian dengan senyumnya yang khas.
"Untukku tidak ada?" canda Louis sambil melihat Celine memakan es krim tersebut.
"Kau tidak memintanya," sahut Celine ringan sambil menjilat es krimnya.
"Lin!" Louis sedikit kelas, lalu diam sejenak menikmati suasana. "Sudah, makanlah cepat. Aku ingin kita pergi ke mall saja."
"Oke," jawab Celine sambil terus menikmati es krimnya. "Tapi di HW, ya."
"HW?" Louis mengerutkan dahi.
"Ya," jawab Celine singkat.
"Lin, banyak mall lain di Jakarta. Kenapa harus di HW?" Louis bertanya dengan nada sedikit protes.
"Karena itu mall keluargaku," jawab Celine sambil memandang Louis langsung ke matanya, seolah memberi penegasan tanpa perlu banyak kata.
Louis menghela napas dan sedikit mengangguk. Setelah Celine selesai makan es krim, mereka berdua naik ke motor Louis.
Perjalanan menuju HW Mall diiringi oleh pancaran sinar matahari yang perlahan bersembunyi di ufuk barat, memberikan sentuhan keemasan di langit. Motor melaju melewati hiruk pikuk kota, dengan Louis yang sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan Celine merasa nyaman.
Di tengah perjalanan, Celine, yang duduk di belakang Louis, mendekat dan bertanya, "Kau membawa uang berapa?"
Louis tersenyum samar di balik helmnya. "Satu juta dua ratus ribu rupiah."
"Dikit sekali!" keluh Celine, sedikit terkejut.
"Aku belum mengambil uang di bank," ujar Louis sedikit tak acuh, mencoba meyakinkan Celine.
Celine mengernyitkan alis, "Kalau begitu kita ke bank dulu."
"Tidak bisa," balas Louis cepat. "Aku tidak membawa kartu ATM, tertinggal di rumah."
Celine menghela napas panjang. "Lalu kau akan berbelanja bagaimana dengan uang sedikit itu?"
"Itu cukup bagiku," jawab Louis dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality:1022
Любовные романы[END] Jika anda menyukai cerita romansa yang cukup realistis, anda harus membaca cerita ini. Sinopsis : Kirana Franceline, atau yang akrab disapa Celine, baru saja kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya di University of Illinois, Chica...