𝟐𝟔. 𝐓𝐰𝐨 𝐒𝐭𝐢𝐩𝐮𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬

54 44 12
                                    

Saat Louis kembali ke rumahnya, dia tidak menyangka akan bertemu dengan ayahnya, Joe, yang seharusnya belum pulang pada jam segini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat Louis kembali ke rumahnya, dia tidak menyangka akan bertemu dengan ayahnya, Joe, yang seharusnya belum pulang pada jam segini.

"Louis, dari mana kamu?" tanya Joe dengan nada tegas.

"Dari... Mall," jawab Louis gugup.

"Dengan Celine, bukan?"

"Iya, maaf."

Joe menghela napas, wajahnya mengeras. "Louis, sudah benar hubungan kalian itu berjarak seperti sebelumnya. Kenapa berusaha mendekati dia lagi?"

"Aku menyukai dia," jawab Louis dengan suaranya yang nyaris berbisik.

"Louis! Ayah sudah bilang jauhi Celine. Tak perlu kamu relakan semuanya demi dia."

"Ayah, izinkan aku dan berikan kami restu atas hubungan kami," pinta Louis dengan mata memohon.

"Hubungan tanpa masa depan itu?"

"Ayah! Aku telah menahan sikap burukku selama ini. Aku sudah tak tahan, aku menyukai Celine dan aku meminta izin ayah untuk pindah agama dan menikahi dia. Sama seperti yang ayah lakukan demi ibuku!"

"Kurang ajar!" Joe menatap Louis dengan mata penuh amarah. "Ayah tidak membesarkan kamu untuk kurang ajar seperti ini!"

"Ayah! Sekali lagi ku katakan, aku menyukai Celine dan aku rela pindah agama demi bisa bersama dia selamanya."

"Tidak, sampai kapan pun tidak."

"Ayah, biarkan aku pindah agama. Aku berjanji bahwa ini adalah permintaan terakhirku."

Sarah pun datang saat mendengar keributan di depan rumah mereka. "Ada apa ini?" tanya Sarah, ibu Louis, yang juga istri Joe.

"Dia ingin pindah agama dan menikahi Celine! Sudah berkali-kali ku katakan tidak. Dia tetap keras kepala!"

"Sayang, sudah sudah. Louis baru saja pulang, jangan memarahi Louis," kata Sarah, mencoba menenangkan suaminya.

"Louis itu harus diberitahu," jawab Joe dengan suara yang mencerminkan kekerasan hatinya.

"Sayang, sudah. Ayo kita ke kamar saja," bujuk Sarah lembut.

Joe mengalah dan mengikuti langkah Sarah menuju kamar. Louis hanya berdiri menunduk di depan pintu rumahnya. Perlahan, dia melangkah menuju kamarnya sendiri dan melepaskan tangis yang telah lama tertahan.

Di dalam kamar yang bercahaya redup, Joe dan Sarah berbicara empat mata dengan serius, diiringi suara hembusan angin malam yang lembut.

"Sayang, kamu tahu 'kan? Bahwa buah tidak jatuh jauh dari pohonnya," ucap Sarah dengan nada lembut.

Sarah menggenggam tangan Joe dengan lembut.

"Tetapi, aku tidak ingin anak kita menjalani hubungan yang seperti kita dahulu, Sarah."

Reality:1022 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang