Louis duduk di teras depan rumahnya dengan gelisah, matanya tertuju pada jalan yang sepi di depannya. Harap yang menggebu-gebu terus menari di wajahnya, menanti kedatangan Pak Dito, petugas keamanan rumahnya yang dengan sigap membantu membawa pulang motornya dari kantor polisi.
Di kejauhan, terpantul kilau cahaya dari matahari pagi yang perlahan memasuki waktu siang. Louis menyipitkan matanya saat dia mulai menangkap sosok Pak Dito mendekat dengan sebuah motor yang sangat Louis kenal. Dalam sekejap, rasa lega yang hangat menjalari tubuhnya.
Pak Dito turun dari motor, tersenyum, dan menyerahkan kunci kepada Louis. "Ini Mas, motornya."
Louis, yang selama ini cemas, kini tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Senyum lebar menghiasi wajahnya saat tangannya menerima kunci motor kesayangannya. "Akhirnya... Terima kasih, ya, Pak Dito."
Pak Dito, dengan kerendahan hati yang terpancar dari sorot matanya, membalas, "Iya, Mas Louis, sama-sama."
Setelah itu, Pak Dito kembali ke posnya dengan langkah mantab, menjalankan tugasnya sebagai petugas keamanan rumah Louis dengan penuh tanggung jawab.
Sementara itu, Louis memperhatikan motornya dengan seksama. Setiap detail diperiksanya dengan hati-hati, seolah sedang berbicara dengan sahabat lama yang telah lama terpisah. Kilau hitam yang telah memudar, suara gemericik halus dari mesin yang dingin, semua diperhatikannya penuh cinta dan perhatian. Tangannya yang menyentuh permukaan motor, memastikan tidak ada kerusakan serius yang menghantui.
Celine duduk dengan nyaman di sofanya, terpesona oleh alur cerita drama Korea yang sedang ditontonnya. Saat adegan yang menampilkan para pemeran makan Tteokbokki muncul, rasa lapar tiba-tiba menguasainya. Keinginan untuk mencicipi makanan itu membuatnya bergegas menuju mobil Fortunernya dengan harapan menemukan Tteokbokki di minimarket terdekat.
Namun, setelah berkeliling perumahannya, Celine tidak menemukan apa yang dicarinya. Dengan tekad tak luntur, ia melanjutkan perjalanan, kali ini sedikit lebih jauh dari biasanya. Dalam usahanya, pikirannya melayang, menyebabkan ketidak konsentrasiannya. Tak disangka, sebuah mobil Jazz datang dari arah berlawanan, melanggar aturan lalu lintas dan...
BRAK!
Celine merasakan benturan kuat, kepalanya terantuk oleh stir mobilnya, menimbulkan luka di kepalanya sehingga cukup membuatnya pusing. Orang-orang segera berdatangan, meramaikan tempat kejadian. Sementara itu, pengemudi mobil Jazz tampak lebih parah kondisinya.
"Apa anda baik-baik saja?" tanya seorang wanita yang membantunya keluar dari mobil. Dengan pandangan kabur, Celine duduk di trotoar, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Perlahan, tangannya meraba ponsel dan menekan kontak Louis.
"Louis," kata Celine dengan suara lemah.
"Iya, halo?" suara Louis terdengar cemas di seberang sana.
"Aku kecelakaan," kata Celine, hampir terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality:1022
Romance[END] Jika anda menyukai cerita romansa yang cukup realistis, anda harus membaca cerita ini. Sinopsis : Kirana Franceline, atau yang akrab disapa Celine, baru saja kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya di University of Illinois, Chica...