𝟏𝟖. 𝐒𝐨𝐦𝐞𝐨𝐧𝐞 𝐰𝐞𝐝𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐲

49 40 3
                                    

1 Minggu kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1 Minggu kemudian...

Hari itu, Celine tiba di perusahaan milik keluarganya dengan hati yang penuh harapan. Wawancara dengan HRD berjalan lancar, dan sampailah pada pertanyaan terakhir yang cukup penting, "Bagaimana Anda menghadapi perubahan dalam bisnis?"

Celine menjawab dengan penuh keyakinan, "Saya memiliki kemampuan adaptasi yang baik dan saya mampu mengelola perubahan dengan cara yang efektif."

Setelah wawancara selesai, Celine melangkah ke parkiran dan tak disangka bertemu dengan ibunya. Mereka berdua saling bertegur sapa, menciptakan suasana hangat di antara mereka.

"Hari ini kamu wawancara, ya?" tanya Sabrina dengan lembut.

"Iya, semuanya lancar." Sorot matanya penuh percaya diri, mencerminkan keyakinan dalam dirinya.

"Bagus, setelah ini kamu tenang saja, kamu pasti berhasil. Itu mudah diatur." Sabrina tersenyum bangga.

Celine mengangguk, merasakan dukungan dari ibunya. Namun, pandangannya tiba-tiba berubah serius, "Ngomong-ngomong, Bu, aku tidak akan langsung pulang. Aku ingin cari makan siang sebentar." Percakapan ringan yang mengalir penuh kasih sayang di antara mereka.

"Oh, tak masalah. Ibu juga akan pergi ke perusahaan QAC sekarang," ujar ibunya sambil tersenyum.

Mereka kemudian berpisah, menuju tujuan masing-masing.

Tiba-tiba Celine merasakan sebuah dorongan tak terduga menuju "Cafe Kita" telah mengubah jalan hidupnya.

Dengan mata yang penuh kerinduan, Celine melintasi jalan dengan mobilnya menuju Cafe Kita, tempat di mana kenangan manis bersama Sarah tercipta. Namun, Cafe yang terkunci rapat membuat hatinya semakin bingung. Apa yang sedang terjadi? Dia memutuskan untuk melintas di depan rumah keluarga Louis, tanpa menyadari bahwa di sanalah kejutan terbesar menunggu.

Suasana penuh kebahagiaan dari acara pernikahan membuat hati Celine berdebar tak karuan. Pikirannya melayang,

"apakah Louis telah menikahi wanita lain?"

Namun, papan bunga besar dengan nama yang tak asing bagi Celine membuatnya terdiam. "Selamat atas pernikahan Edgar Galih Harrison dan Luna Ariosastro". Sebuah kisah cinta yang tak pernah ia bayangkan.

Dengan langkah gugup dan hati yang terombang-ambing, Celine pulang dengan langkah gontai. Namun, takdir sepertinya belum selesai memainkan perannya. Di saat baru sampai didepan pintu rumahnya, ia bertemu dengan asisten rumah tangganya yaitu Indah, pembantunya yang setia. Di tangan Bu Indah terulur sebuah undangan putih yang berkilauan.

"Nona, maaf saya lupa minggu lalu ada yang memberikan undangan pernikahan. Tadi saat bersih-bersih saya baru ingat ingin memberikan ke Nona," ucap Bu Indah dengan suara lembut.

Celine mengambil undangan itu. Itu adalah undangan pernikahan Edgar dan Luna. Dia tak pernah membayangkan bahwa dia akan di undang.

Dengan langkah penuh tekad, Celine berlari menuju kamarnya. Dia memutuskan untuk menampilkan diri dengan segenap keindahan yang dimiliki. Vintage 1995 Chanel Classic Black Wool Long Dress hitamnya membuatnya tampak anggun dan memesona. Tas kecil yang ia gendong hanya untuk membawa ponselnya dan High Heels yang menambah kesempurnaan penampilannya.

Di dalam hati yang bahagia, Celine merasa bahwa inilah saatnya untuk menghadapi kenyataan bahwa ia akan mungkin bertemu Louis lagi.

Dengan wajah yang memancarkan kekuatan penuh dengan kebahagiaan dan sedikit rasa gugup, Celine melangkah ke pintu keluar. Mungkin takdir telah membuka pintu cinta dalam hidupnya, Dia yakin bahwa di luar sana masih banyak cerita yang menunggu untuk ditulis.

Di tengah kerumunan tamu dan suasana pesta yang meriah, Celine merasa hampir kehilangan diri di antara orang-orang yang asing baginya. Namun, saat Liam menyapanya dengan ramah, seakan ada sedikit kehangatan yang muncul di hatinya. Liam, sahabat Louis yang tampaknya begitu perhatian padanya, menawarkan untuk berkeliling bersama. Celine pun setuju, merasa lega memiliki seseorang yang cukup baik di sisinya.

Namun, kehadiran Louis di tengah lalu lintas perasaannya membuat hati Celine berdebar tidak karuan. Di dalam benaknya pertanyaan-pertanyaan yang tak terucap terus bergema.

" Apakah Louis kini membenciku?" Pertanyaan-pertanyaan itu terombang-ambing di benaknya saat Louis melontarkan pertanyaan yang seakan menusuk hatinya.

"Kenapa kau datang dengannya?" batin Louis, mata yang sedikit berkerut menyorot Liam.

"Louis!" Liam bersuara.

"Iya. Apakah kau tadi menjemputnya??" Louis menatap Liam dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Tidak, aku melihat dia seperti orang kebingungan jadi aku membawanya berkeliling.." jawab Liam dengan wajah polos.

Celine mengamati tatapan Louis, merasakan gelombang emosi yang muncul di relung hatinya. Meskipun mereka telah berpisah selama lima bulan, kisah cinta mereka masih memercik di tengah acara yang seharusnya penuh dengan tawa dan canda. Louis kemudian menoleh pada Celine, bertanya tentang keadaannya dengan suara yang sedikit terhenti di tenggorokannya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Louis dengan suara yang penuh kehati-hatian.

"Baik," jawab Celine singkat, tetapi tatapannya terus melayang ke arah Louis, seolah mencari jawaban atas pertanyaan yang tak kunjung terucap.

Saat itu, suasana seakan membeku diantara mereka berdua. Louis menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya dan sedih, sementara Celine merasa sepertinya benang-benang ingatannya mulai merenggang.

Namun, ketika Liam mencoba menyelipkan suara ke dalam percakapan mereka, kecanggungan semakin terasa di antara mereka. Celine, yang sudah lama mengingat kembali kenangan bersama Louis, akhirnya putus asa.

"Hei, kenapa canggung sekali? Kalian bahkan sudah berciuma-"

"Tutup mulutmu, Liam, aku tahu." potong Celine dengan suara yang lantang.

Louis menatapnya dengan mata yang terpana, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Celine. Tatapan mereka bertemu, dan dalam kediaman yang terpendam di balik rasa canggung, sepertinya Louis mengerti bahwa Celine telah memiliki ingatannya yang sempat menghilang.

"Oh! Aku mengerti," kata Liam dengan suara yang lebih tenang, sebelum mengambil langkah pergi meninggalkan Louis dan Celine yang terdiam di bawah cahaya matahari.

Kediaman yang terkandung di dalam tatapan mereka, penuh dengan getaran yang tak terucap, membuat suasana di sekitar mereka menjadi hening. Celine, yang kini tenggelam dalam perasaannya sendiri merasa hatinya terombang-ambing di antara masa lalu dan masa kini.

Louis, yang masih terdiam di hadapannya, tampak memutar kembali kenangan mereka didalam kepalanya. Mereka, yang kini terikat oleh sejarah cinta yang pernah mereka jalani, harus berhadapan dengan kenyataan yang pahit.

Pesta pernikahan Edgar dan Luna, yang semula diwarnai oleh tawa dan keceriaan, kini menjadi tempat di mana dua hati yang pernah saling mencintai harus bertemu kembali.



Ayo ngobrol dong! jangan diem-dieman gituu


Email : author.sss1@gmail.com

Reality:1022 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang