Cerita Kirana Franceline
Di balik bayang-bayang kelam yang melingkupi langkah-langkahnya, Celine tampaknya menutup rapat hatinya dengan benang kesedihan masa lalu. Ayahnya, Samuel, yang menggenggam kuasa HW Company dengan tangan keras, telah menuai potret canggung dari kedekatan yang hampa dengan putrinya yang rapuh. Bahasa kasar yang menyergap Celine sejak usia belia, membingkai bingkai kenangan yang tak pernah pudar. Pukulan demi pukulan, bukan hanya menghujani tubuh mungil Celine, tetapi juga merobek jiwa kecil yang haus akan cinta.
Namun, ada satu titik cahaya yang membelah khayalan kelamnya. Saat melangkah di koridor-koridor baru SMA, kilauan takdir membawanya bertemu dengan Louis Dirdja Harrison. Mungkin hanya lewat pandangan pertama, namun benih-benih tarikan yang tak terbantahkan tumbuh subur di lubuk hati Celine. Diam-diam mencuri pandang, melibas keraguan di keheningan malam. Namun ironisnya, Louis adalah mahasiswa senior yang tengah melangkah mendekati pintu kelulusan. Dan Celine, harus kembali menghadapi kesendirian yang memilihnya.
Takdir membekukan waktu, mengukir luka-luka yang tak kunjung padam. Di tahun ke-11 SMA, helaian-helaian kehidupan kembali dilukis dengan warna kesedihan. Ayah yang pergi meninggalkan rona kepedihan dan kata-kata yang terlalu banyak terkatung di udara. Celine terbiasa membenci, terbiasa menyesal, terbiasa hidup dalam bayang-bayang penyesalan. Namun dalam pelukan kepedihan, ia menemukan kekuatan untuk menatap batas waktu yang tak terduga.
Pergulatan hati tak pernah reda. Dan saat pintu ke beranda masa depan terbuka lebar, Celine memutuskan untuk mengejar mimpi di belahan benua yang jauh. Amerika, negeri misteri yang memanggil namanya dalam rahasia angin. Ujian demi ujian dia lalui, hingga akhirnya cahaya harapan menuntunnya ke University of Chicago. Perpustakaan berjajar, ruang kuliah berserakkan mimpi, dan langit-langit kampus menyaksikan langkah-langkah gemulai seorang gadis dengan rahasia di balik senyumannya.
Di tahun 2021, cinta baru terbentang dalam lembaran cerita mahasiswa baru di University of Chicago. Perpisahan dengan sahabat setia, Bianca, terasa seperti irama yang berputar di atas rerumputan kenangan. Namun, jarak tak melunturkan ikatan persahabatan mereka. Bahkan, kehadiran teknologi memeluk dua hati yang terpisah jarak, memayungi hubungan mereka dengan senyuman jarak jauh yang tiada berkurang.
Di suatu pagi yang cerah di hari ketiga ospek sebagai mahasiswa baru, Celine tak terduga melihat Louis, cinta pertamanya, berada di universitas yang sama. Rasa tak percaya menghampirinya, membuatnya merenung bahwa mungkin takdir memang telah mempertemukan mereka di tempat yang tak disangka-sangka ini. Namun, bayangan cinta yang diinginkannya tampaknya akan terus menguap begitu saja. Saat pandangannya bertemu dengan Louis, sebuah tatapan balasan dari Louis membuat hati Celine berbunga, namun rasa malu menyergapnya sehingga dia pun segera berlalu dari tempat itu.
Ternyata, sejak hari pertama ospek, Louis telah memperhatikannya dan mulai merasakan ketertarikan padanya. Beberapa bulan berlalu, Celine telah menjadi mahasiswi di University Of Chicago. Suatu hari, ketika hujan turun dengan derasnya dan Celine mencoba mencari transportasi umum untuk pulang, tiba-tiba Louis muncul dan menawarkan tumpangannya. Awalnya Celine ragu, namun akhirnya menerima tawarannya. Dari situlah kisah cinta di antara mereka mulai tumbuh, hujan menjadi saksi bisu dari kebersamaan mereka. Louis dengan perlahan mendekati Celine, berusaha untuk membuat hatinya luluh.
Setelah beberapa waktu dekat, tepat pada tanggal 22 Oktober 2021, Louis dengan penuh keyakinan mengajak Celine untuk menjadi kekasihnya. Dengan penuh kejutan dan kebahagiaan, Celine menjawab "Iya, aku mau." Mereka berdua memilih untuk menjalin hubungan meskipun mereka sadar akan perbedaan agama yang ada di antara mereka. Namun, dengan penuh keberanian, mereka merangkul cinta mereka dan memutuskan untuk menempuh perjalanan itu bersama dengan kalimat sederhana namun penuh makna, "Mari jalani dulu saja."
Semakin lama, Celine dan Louis merasakan kekuatan cinta yang membelai keduanya seperti ombak yang menghantam pantai. Mereka membangun fondasi hubungan mereka dengan ketulusan dan kepercayaan satu sama lain. Setiap kali hujan turun, membasahi bumi dan menyirami hati mereka, Celine dan Louis merasa semakin dekat satu sama lain. Hujan bukan lagi sekadar tetes air yang jatuh dari langit, melainkan simbol kehadiran cinta yang mempererat hubungan mereka.
Di sore hari setelah matahari redup dan cahaya senja mulai memudar, Louis tiba di apartemen Celine. Tangannya memegang erat sebuah buket bunga tulip biru, kesukaan Celine. Saat mereka bertemu, senyuman yang tak terkira memperindah wajah mereka.
"Aku membawakan kamu bunga. Ini adalah bunga yang indah dan memiliki banyak arti," ucap Louis sambil mempersembahkan bunga itu.
Celine menerima buket itu dengan penuh kelembutan. Dia menghirup harum semerbak bunga tulip dan bertanya, "Apa arti bunga ini? Dia sangat indah."
Louis tersenyum lembut, "Artinya kemurnian, kesetiaan, kesabaran, dan kesederhanaan."
Celine tersenyum puas, "Artinya sangat bagus."
Louis tidak berhenti di situ. Dari balik jaketnya, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru tua. Ketika Celine membukanya, matanya terpana melihat sebuah kalung indah dengan gambar kupu-kupu dihiasannya.
"Kupu-kupu?" tanya Celine heran.
"Iya, aku menyukai kupu-kupu. Aku memberikanmu kalung itu agar kamu dapat selalu menjadi kupu-kupu ku," jawab Louis penuh perasaan.
Celine hanya bisa meresapi kebahagiaan dalam hatinya seraya berkata, "Terima kasih, Louis."
Mereka berdua masuk ke dalam apartemen Celine, disambut oleh aroma makanan yang lezat. Malam itu terasa begitu spesial, diiringi tawa dan obrolan hangat di antara mereka. Namun, saat waktunya larut malam tiba, Louis sadar ia harus meninggalkan Celine.
"Aku pulang dahulu, ya?" ucap Louis dengan nada sedih.
Celine menatapnya lembut, "Kamu sudah mau pulang, ya?"
"Iya," sahut Louis pelan.
"Biar baik hati-hati di perjalanan pulang," pesan Celine penuh perhatian.
"Tentu saja. Kalau ada sesuatu tolong kabari aku, ya?" pinta Louis.
"Tentu saja!" jawab Celine sambil tersenyum.
Louis pun meninggalkan apartemen Celine, meninggalkan jejak kebahagiaan di hati gadis itu. Sambil menutup pintu, Celine tersenyum lebar, membiarkan rasa cinta dan kehangatan merayap dalam relung hatinya.
Setelah Louis pergi, Celine segera menghubungi sahabat karibnya, Bianca. Dia menceritakan dengan penuh kegembiraan setiap momen yang ia bagikan dengan Louis. "Dia sangat romantis dan lembut," puji Celine dengan lirih.
Bianca, yang sudah terbiasa dengan cerita romantis sahabatnya, hanya tersenyum lembut mendengarkan cerita Celine. Setiap kata yang keluar dari bibir Celine terasa seperti siraman air bening yang memercikkan kebahagiaan di hati Bianca.
Mereka berteman lama dan saling memahami, sehingga setiap cerita yang dibagikan oleh Celine selalu berhasil menyentuh hati Bianca. Kedekatan mereka bukan hanya sekedar persahabatan, melainkan ikatan batin yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Malam itu, ketenangan menyelimuti apartemen Celine. Aura cinta masih terasa di udara, mewarnai setiap sudut ruangan dengan kehangatan dan kelembutan. Celine duduk sendiri di sofa, membiarkan ingatan tentang Louis melayang dalam pikirannya.
Setiap detik, setiap kata, dan setiap sentuhan Louis masih terpatri dalam benaknya. Celine merenungi tentang betapa beruntungnya dirinya memiliki sosok Louis di hidupnya. Keberadaannya bagai sinar terang dalam kegelapan, membawa warna baru dalam hidup Celine yang dulu terasa hampa.
Dalam diam, Celine menatap bunga tulip biru yang masih segar di atas meja. Semerbak harumnya masih terasa, mengingatkannya pada saat-saat indah yang baru saja mereka lalui bersama. Dia tersenyum puas, merasa bahagia memiliki kenangan manis itu di dalam hatinya.
Malam itu, di dalam diam yang penuh makna, Celine memejamkan mata dengan rasa syukur yang tak terhingga. Hatinya dipenuhi oleh cinta sejati yang meluap-luap, memancarkan kehangatan yang menghiasi kebersamaan mereka. Dan di balik tirai malam yang terbentang, cerita cinta mereka terus melambung, mengukir kenangan indah yang takkan pudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality:1022
Romantizm[END] Jika anda menyukai cerita romansa yang cukup realistis, anda harus membaca cerita ini. Sinopsis : Kirana Franceline, atau yang akrab disapa Celine, baru saja kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya di University of Illinois, Chica...