Saat itu, acara makan malam berlangsung dengan baik dan lancar. Setiap orang mengucap syukur dan mendoakan yang terbaik untuk Harry Joe. Tiba-tiba, Edgar, kakak laki-laki Louis, angkat bicara dengan mata berkilau penuh semangat.
"Ngomong-ngomong, saya punya berita bahagia," ujarnya dengan senyum lebar yang sulit disembunyikan.
Pernyataan Edgar membuat semua orang di meja makan terdiam, tertarik untuk mendengar kelanjutan dari apa yang akan diucapkannya.
"Ada apa, Kak?" tanya Celine, matanya menggambarkan keingintahuan yang tak tertutupi.
"Luna... sedang hamil!" ucap Edgar dengan perasaan gembira yang memancar dari setiap kata.
Seluruh keluarga terdiam sesaat, persis seperti sesaat sebelum kembang api meledak di langit malam, lalu kebahagiaan menyelimuti ruangan. Luna, yang telah melalui banyak cobaan dalam hidupnya sebagai yatim piatu, kini mendapati dirinya dikelilingi oleh cinta dan kebahagiaan yang melimpah.
"Edgar, kamu tidak bercanda, 'kan?" tanya Harry Joe, ayah Edgar, dengan nada suara yang penuh harap.
"Tidak, tentu saja tidak," jawab Edgar, meyakinkan semua orang.
"Itu berita yang sangat bagus. Semoga semuanya berjalan lancar, dan Luna selalu sehat, ya," ucap Sarah, mertua Luna, dengan mata berkaca-kaca karena haru.
"Iya, Bu, terima kasih banyak atas doanya," ucap Luna dengan senyum tulus.
"Puji Tuhan... Selamat, ya, Luna. Semoga persalinannya nanti lancar dan tanpa halangan," sambut Sabrina, dengan perasaan tulus.
"Selamat, ya, Kak Luna dan Kak Edgar," kata Celine dengan penuh kegembiraan.
"Terima kasih atas doa-doa baiknya." Luna pun tersenyum lembut, matanya mengisyaratkan betapa berarti ucapan-ucapan itu baginya.
"Akhirnya... Ayah punya cucu!" ujar Joe, suaranya bergetar karena kebahagiaan yang tak terbendung.
Semuanya tertawa kecil, rasa bahagia mereka menyatukan hati yang ada di meja makan malam itu.
"Kapan kalian akan mengikuti jejak kami?" tanya Edgar, matanya beralih kepada Louis dan Celine dengan senyum nakal.
Louis dan Celine sedikit terkejut, diam sesaat sebelum Louis menjawab dengan senyum penuh arti, "Segera, Ed."
"Ditunggu segera, ya. Aku ingin anakku memiliki teman nantinya," sahut Edgar dengan semangat.
"Diusahakan, Kak," balas Celine, pipinya memerah karena malu.
Malam itu, kebahagiaan mereka terasa abadi, seperti bintang-bintang yang bersinar terang di langit, saling menguatkan dalam kebersamaan dan cinta yang tak terbatas.
Celine duduk dengan anggun di meja makan, tatapannya tertuju pada pelayan yang menghampiri. Dengan gerakan yang penuh kelembutan, satu porsi Spaghetti Bolognese diletakkan tepat di hadapannya. Hatinya berdesir bingung "siapa yang meminta hidangan ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality:1022
Romansa[END] Jika anda menyukai cerita romansa yang cukup realistis, anda harus membaca cerita ini. Sinopsis : Kirana Franceline, atau yang akrab disapa Celine, baru saja kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya di University of Illinois, Chica...