Tanggal 4 Juli 2024, hari yang telah lama dinantikan oleh keluarga, teman, dan tamu-tamu yang akan hadir. Matahari bersinar cerah seakan merestui peristiwa penting ini. Hari pertunangan Louis dan Celine, yang dihiasi dengan elegan, gaun putih dan Tuxedo putih yang melambangkan kemurnian cinta mereka. Louis terlihat tenang, tetapi pikirannya seakan dihantui kekhawatiran kecil.
Saat acara hendak dimulai, Louis teringat bahwa ia meninggalkan ponselnya di rumah. "Apa tidak usah saja, ya?" pikirnya, terjebak antara pentingnya acara dan kebutuhan akan ponselnya. Namun, akhirnya ia menepis kegelisahannya dan bergegas pulang naik taksi, tidak ingin merepotkan keluarganya.
Sampai di rumah, Louis dengan cepat menemukan ponselnya. Namun, saat akan berangkat kembali, pandangannya tertuju pada motor PCX-nya yang tersimpan rapi di garasi. Hentakan nostalgia pun timbul, mengingat masa-masa indah yang pernah dilaluinya dengan motor itu. Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan untuk mengendarainya kembali ke tempat acara.
Pagi itu, Jakarta tengah hiruk-pikuk dengan kendaraan beroda empat dan dua yang memenuhi jalan raya. Louis mencoba menembus kemacetan, berharap tidak terlalu lama sampai di tempat tujuan.
Di sisi lain, keluarga Louis dan Celine sudah siap untuk melangsungkan acara. Kegelisahan mulai tampak ketika Louis tidak ditemukan di sekitar mereka, bahkan panggilan telepon pun tak diangkat. Suasana mulai tegang, namun Joe, ayah Louis, mencoba menenangkan semuanya.
"Tak usah panik itu. Louis bukan anak kecil lagi, dia pasti akan kembali," ujar Joe dengan tenang, mencoba menenangkan keluarga.
Edgar juga menimpali, "Benar, Ayah. Ini hari yang sangat dinanti-nantikan olehnya juga. Tidak mungkin Louis akan menghilang begitu saja."
Kata-kata mereka sedikit demi sedikit menenangkan hati yang cemas.
Louis melajukan motornya, membelah jalanan Jakarta yang padat. Dengan semangat dan harapan yang tinggi, ia tak ingin mengecewakan orang-orang yang dicintainya.
Celine tengah merapikan sentuhan terakhir gaunnya ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Display menunjukkan nama "Louis", tunangannya. Awalnya, Celine merasa bingung "Mengapa Louis menelepon ketika ia bisa saja menghampirinya langsung disini?" Namun, dengan cepat ia mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, halo," suara berat pria itu terdengar, membuat Celine terpaku.
"Halo, maaf ini siapa?" tanyanya, merasa bingung.
"Ini benar Celine?" suara itu bertanya, berat dan samar.
"Iya, benar. Kenapa ponsel tunangan saya ada pada Anda?" Celine merasa hatinya mulai berdebar cepat.
"Begini..." suara di ujung sana semakin tak jelas, seperti teredam angin atau kekacauan.
"Halo, Pak? Halo?" Celine mencoba mengatasi kegelisahannya, tapi sambungan itu terputus seketika. Rasa takut segera merayapi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality:1022
Romance[END] Jika anda menyukai cerita romansa yang cukup realistis, anda harus membaca cerita ini. Sinopsis : Kirana Franceline, atau yang akrab disapa Celine, baru saja kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya di University of Illinois, Chica...