Prolog

203 55 12
                                    

Rianiii!” panggil Ical.

Riani tersenyum lebar, bangkit dari kasur, dan mengambil jilbab instan sebelum membuka pintu dengan antusias. “Masuk kak.”

Ical masuk dan duduk di lantai, seperti biasa. “Kenapa bahagia banget kayaknya?” tanya Riani.

Ical tersenyum. “Tidak, jalan sore yuk. Kamu pasti bosan, kuliah belum mulai kan?”

“Ngga sih, kan ada kak Ical,” jawab Riani sambil tersenyum.

“Jalan sore, lihat sunset,” kata Ical lagi.

“Okay, suntuk juga seharian di kosan,” jawab Riani.

Setelah siap, mereka berdua melaju ke pantai dengan motor Ical. Sepanjang perjalanan, mereka banyak mengobrol dan tertawa. Namun, suasana ceria itu mendadak berubah ketika Ical tiba-tiba mengungkapkan, “Riani, saya pacaran sama Kirana.”

Kalimat itu seperti bom yang meledak dalam hati Riani. Senyum di wajahnya pudar dan matanya memanas. “Oh, benarkah?” Riani mencoba tersenyum meski hati terasa hancur.

“Iya, baru 3 hari yang lalu,” jawab Ical tanpa menyadari dampaknya.

Riani menelan ludah, berusaha menyembunyikan rasa sakitnya. “Bagus dong, Kak Kirana juga cantik.”

Di pantai, saat sunset mulai terlihat, Riani berusaha menikmati keindahan alam meski hatinya terasa sesak. Ia membatin, “Apakah yang indah memang harus pergi?”

Hidden HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang