13.H2

57 20 53
                                    

"Kakak belum selesai gambarnya?" tanya Riani, entah ini sudah pertanyaan keberapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak belum selesai gambarnya?" tanya Riani, entah ini sudah pertanyaan keberapa.

Malam ini mendung bergelayut di langit, menyelimuti bintang-bintang dan bulan yang biasanya menghiasi cakrawala.

Awan tebal berwarna kelabu bergumpal, bergerak lambat seperti arak-arakan raksasa di angkasa. Angin dingin berhembus lembut, membawa serta aroma hujan yang tak lama lagi turun.

"Belum, dikit lagi," jawab Ical dengan sabar.

"Kak liat deh, mo hujan kayaknya," ujar Riani melihat kelangit. Ical hanya menoleh sesaat kemudian mengabaikan itu.

Malam gelap itu seakan menemani Ical dan Riani yang sedang duduk di teras kosan mereka, dikelilingi oleh heningnya suasana malam. Di bawah cahaya temaram lampu teras, Ical dengan tekun membantu Riani menyelesaikan gambar yang sudah dia janjikan.

Angin malam sejuk, sesekali berhembus. Di tengah kesunyian, hanya terdengar suara lembaean kertas yang di balik dengan desahan pelan saat mereka menyelasaikan laporan tersebut.

"Kak di dalam deh hujan," ucap Riani mengangkat kertas, penggaris dan peralatan lainnya.

Beberapa waktu kedepan rasanya angin semakin dingin, dan lambat laun rintik hujan mulai mengguyur mereka. Diringi oleh angin kencang, bulir-bulir hujan turun menyentuh teras kosan mereka dengan pelan.

Ical hanya menurut saja, dan membawa masuk sisa yang belum di bawah Riani.

"Gambarnya belum selesai kak?" tanya Riani ketika mereka duduk di lantai.

"Dikit lagi, tinggal satu garis lagi." Jawab Ical.

"Ooo," Riani mengangguk paham kemudian memperhatikan Ical yang sedang menggambar.

Entah mengapa pipi Riani rasanya memanas, dan tanpa di sadari dia mengangkat kedua sudut bibirnya, ada perasaan yang sulit Riani jelaskan, hanya saja rasanya di diri Ical ada kehangatan.

"Sudah." Monolog Ical.

Riani langsung menggelengkan kepalanya, apa itu tadi, dia tidak mungkin menyukai Ical kan, "Ingat Riani dia itu kakak, tidak lebih, kontrol-kontrol," batinya.

"Coba liat," Riani mendekat kemudian mengambil gambar dari dari tangan Ical.

"Nih," ucap Ical.

"Makasih kakak, besok baru asistensi yah," kata Riani, enak juga jika asistennya adalah orang terdekat, jadi dirinya bisa berkompromi.

Guntur dan kilat semakin menghantam malam itu dengan intensitas yang meningkat, menciptakan suasana yang memukau dan menggetarkan.

Riani terkejut oleh kekuatan alam yang menggelegar, merasa hatinya berdebar dengan cepat dalam ketegangan yang tak terduga.

"Saya balik kamar dulu, sudah tengah malam, kamu juga sana tidur," ucap Ical.

"Tapi kak," ucap Riani ragu-ragu, entah bagaimana mengatakannya bukan hanya hantu yang Riani takutkan tapi juga suara guntur yang sangat besar itu.

Hidden HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang