5.H2

59 34 2
                                    

Assalamualaikum warahmatullahiarakatu.

Pagi menyambut hari dengan sinar mentari yang lembut, namun Riani, yang baru saja tertidur, enggan meninggalkan tempat tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi menyambut hari dengan sinar mentari yang lembut, namun Riani, yang baru saja tertidur, enggan meninggalkan tempat tidurnya. Rasa lelah yang menyengat membuat tubuhnya ingin hancur.

Minggu terakhir praktikum semester ini telah merenggut tenaganya, membuatnya terperangkap dalam kelelahan menulis laporan.

Matanya perlahan terbuka, namun pikirannya masih terjebak di malam sebelumnya. Malam itu, rasa putus asa hampir meruntuhkannya.

Ini beneran jam 4 subuh?” teriak Riani.

“Iya udah gila kali yah, kita saja pulang jam 11,” kesal Hesti juga.

“Ayok tulis laporan, nanti kalau ngga lengkap nanti di sobek lagi,” ajak  Rafi, yah mungkin yang paling bijak di sini cuman Rafi, atau mungkin dia meposisikan diri sebagai ketua kelompok.

“Kelewatan, kita ngga di kasih istirahat,” celetuk Riski.

“Dia enak tinggal periksa, salah titik doang di coret, salah margin doang di sobek, ini praktikum atau pembulian sih,” kesal Riani melua-luap.

“Iya kan, engga buta apa itu teman-teman kita udah ada yang tepar sampai rumah sakit, bukannya berhenti malah di lanjutkan,” kesal Hesti.

“NGGAAAA PUNYAA HATI,” kesal Riani.

“Sabar Riani, sabar. Ayok lanjut nulis,” lanjutnya lagi.

“Tapi kalau di pikir-pikir yah ada yah orang kek gitu dia kayak cuman pengen nyiksa kita,” tambah Hesti.

Para cowo-cowo yang melihat itu hanya memutar matanya, di kelompoknya cuman ada dua cewe tapi selalu berhasil membuat kelompok ini jadi ramai karena gosip mereka.

“Iya, kayak mereka ngga mikir apa, kalau kita ngga tidur dampaknya apa, kita kalau ke kampus jadi ngga fokus dengar dosen malah ada yang sampai tidur di kelas,”  tambah Riani.

“Terus kan, dosen-dosen juga ngga ada gitu yang komen, kayak hal lumrah,” tambah Riski ikut bergosip.

“Nah kan?” ucap Riani, sebelum dia tersadar eh Riski ngikut nimbrung.

“Sudah-sudah kerja-kerja nanti ketinggalan lagi nulisnya,” ajak Rafi.

Dan dengan berat hati akhirnya Riani dan kawan-kawan kembali bergelut dengan laporan mereka masing-masing, jam yang ada di dinding terus berputar tanpa terasa dan sekarang sudah menunjukan pukul 2 pagi.

Rasa lapar tiba-tiba saja menyerang Raini, dia baru ingat dia belum makan malam, “Awan kamu ada makanan nggak?”

Awan yang mendengar itu sontak menjawab. “Ada di laci dapur tapi cuman mie cup, sama ada nasi yang lo masak tadi pagi.”

Hidden HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang