8.H2

47 29 11
                                    

Assalamualaium Warahmatullahi Wabarakat

Kantin kampus adalah labirin kecil penuh aroma dan cita rasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kantin kampus adalah labirin kecil penuh aroma dan cita rasa. Langkah-langkah berdesir di atas lantai berkeramik, diiringi riuh rendahnya percakapan. Dinding dipenuhi catatan pengumuman dan poster acara, menciptakan latar belakang yang hidup. Dari sudut ke sudut, aroma berbagai masakan lokal dan internasional menggoda penciuman, menarik mahasiswa dari segala penjuru kampus untuk menikmati hidangan favorit mereka. Suasana ramai dan ceria, dengan tawa dan canda, menjadikan kantin sebagai pusat kehidupan sosial kampus.

Riani menikmati makanannya bersama Hana, Hesti, dan Viona teman-teman yang ia temukan selama kuliah. Namun, dalam hatinya, ketiga sahabat itu tak pernah bisa menggantikan kehadiran Fitri Assahra,sahabat sejati Riani sejak lama.

Meski demikian, Riani sadar bahwa ia bukanlah orang yang mudah beradaptasi, apalagi dalam pergaulan. Namun, ia cukup ramah untuk membuka diri.

“Habis lah aku,” keluh Riani ketika mendengar Hesti menceritakan masalahnya dengan Panji beberapa hari yang lalu.

“Kok bisa begitu?” tanya Viona dengan penasaran.

“Waktu itu, kating datang ke kos aku, nanya-nanya soal kamu. Jujur, aku agak takut juga sih,” jelas Hesti, nadanya menurun.

“Dia nanya apa aja?” Riani semakin ingin tahu.

“Nanya, kamu emang gitu ya, suka ngadu? Dia bilang seharusnya kamu nggak perlu sampai kasih tahu Kak Ical,” Hesti menghela napas. Viona hanya memperhatikan, tanpa suara.

“Duh, sebenarnya aku nggak ada niat ngadu, cuman ketahuan aja,” bela Riani, merasa tak enak.

“Lah, kok bisa?” Hana ikut menyela.

“Waktu itu aku nangis depan kos, dan Kak Ical ternyata ada di dalam. Dia keluar terus nanya kenapa aku nangis. Ya gitu deh, duh pusing banget,” ucap Riani, menyandarkan kepalanya.

“Ribet amat, ya. Kating se-daerahku memang emosian,” ucap Hesti, mengingat Panji yang berasal dari daerah yang sama dengannya.

“Sudahlah, semua pasti berlalu,” putus Riani, mencoba menenangkan suasana.

Setelah itu, mereka melanjutkan makan siang dan bersiap kembali ke fakultas. Untungnya, kantin kampus tak jauh dari Fakultas Teknik. Meski fakultas juga punya kantin sendiri, mereka lebih memilih tempat ini untuk menghindari para senior yang sering berkumpul di kantin fakultas.

Di lorong menuju kelas, Viona harus berpisah karena ada kelas siang. Sementara itu, Riani, Hana, dan Hesti masuk ke kelas yang berbeda.

Sambil menunggu dosen datang, mereka bertiga asyik membuka ponsel hingga tiba-tiba sebuah notifikasi muncul di waktu yang sama di layar mereka.

Angkatan 20**

Irfan
Kumpul di aula jam 4 sore.

Putri
Ngapain?

Hidden HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang