16.H2

28 13 19
                                    

Ical datang menggunakan menggunakan motor tuanya, suara mesin yang berderak-derak memecah keheningan malam, tak lama kemudian, Kirsto menyusul dengan motornya sendiri, parkir di sebelah motor Ical

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ical datang menggunakan menggunakan motor tuanya, suara mesin yang berderak-derak memecah keheningan malam, tak lama kemudian, Kirsto menyusul dengan motornya sendiri, parkir di sebelah motor Ical. Wajah Kirsto tampak lelah namun lega setelah berhasil keluar dari Fakultas yang terkunci.

Riani yang sudah menunggu di depan kos, segera menyambut mereka dengan penuh tawa, menghina.

Kemudisan Riani masuk ke dalam kos meninggalkan Ical dan Kirsto di teras. Langkahnya sedikit cepat menuju dapur, mengambil segelas air. Sementara itu, di luar, Ical dan Kirsto berbicara pelan, membicarakan kejadian di kampus yang membuat Kirsto sampai terkunci.

Tak lama kemudian, Riani kembali dengan segelas air putih di tangannya. “Ini minum.”

Setelah minum Riani bertanya pada Kirsto. “ Kirsto kamu kok bisa ke kunci gitu. Ngakak bangen sumpah hhahaha,” ucapnya.

“Itu tadi.”

POV Kirsto

Pelajaran hari ini jujur sangat membosankan, dosennya seharusnya sudah keluar dari tadi, tapi sedari dia terus mengoceh di atas, kalau gini gue mending buat margin tulis laporan yang belum selesai.

Gue akhirnya buat laporan di keals itu, mengabaikan ponsel gue yang sedari tadi bergetar. Gue yakin sih itu anak-anak lagi pada ribut terkait dosen yang lupa waktu itu.

Beberapa lama kemudian, teman gue ngangkat tanganya buat ngingetin dosen itu, laporan gue belum selesai dan ini nanggung karena tinggal dikit lagi, dosen itu minta maaf dan kelas sore itu pun berakhir.

Riani datang mengampiri gue. “Ito belum mau balik?” tanyanya.

Gue yang mikir ini nanggung banget, yah gue bilang. “Entar, gue selesaiin ini dulu.”

Kemudian Riani pergi dan gue sibuk menyelesaikan laporan itu, hingga tidak ada lagi orang di ruangan itu, tapi gue ngga peduli gue tetap lanjutin laporan gue.

Setelah selesai gue ngantuk banget, dan berinisiatif untuk tidur sebentar, sebelum gue pulang, di luar ruangan masih kedengaran rame, setelah beberapa lama gue tidur, gue bangun tapi gue kira belum malam karena suara di luar ruangan itu masih sangat ramai.

Cukup lama gue tidur, suara ramai dan pas gue buka hp, gue kaget banget ngga lama lagi jam 7, buru-buru gue keluar, dan pas gue keluar, gue jadi makin takut, suara yang kedengaran ramai tadi ternyata ngga ada, dan berlahan semuanya hilang

Gue lari ke lantai satu, berencana bergegas keluar dari sana, dan terkunci, sial di situ gue makin takut, apalagi waktu ingat Fakultas ini itu memang seram dan banyak penghuninya, gue ngga bisa nyangkal kaki gue gemetaran di situ.

Gue nelpon Riani biar bisa bantu gue keluar, tanpa mikir apa-apa lagi, cuman itu rencana yang terpikir di kepala gue.

POV Author

Hidden HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang