Cinta pertama anak perempuan nyatanya juga bisa menjadi luka pertama.
H2
"Kayaknya ayahmu datang," ucap ibunya tiba-tiba, memecah keheningan.
Di rumah sederhana bernuansa pedesaan, Riani sibuk membilas piring satu per satu, menjalankan tugas rutinnya setiap kali pulang kampung. Di sekelilingnya, anggota keluarga lain tenggelam dalam kesibukan masing-masing
Riani menoleh, menatap ibunya dengan penuh rasa ingin tahu. "Di mana, Bu?"
"Di rumah tantemu," jawab ibunya singkat, tanpa banyak bicara.
Dengan segera, Riani menyelesaikan tugasnya. "Bu, aku mau pergi ketemu ayah, ya," izin Riani takut-takut.
"Jangan cerita yang aneh-aneh," ucap ibunya mengingatkan.
"Apasih, Bu? Aku nggak pernah cerita yang aneh-aneh, kok," bantah Riani, sedikit kesal.
Setelah menyelesaikan tugasnya, Riani mengibas-ngibaskan tangannya agar air yang tersisa cepat kering. Dia berjalan menuju kamarnya, mengambil jilbab, dan segera keluar dari rumahnya.
Rumah tantenya tidak jauh, jadi Riani hanya perlu berjalan kaki. Sepanjang perjalanan, ia bertegur sapa dengan tetangga yang ia temui. Akhirnya, ia sampai di depan rumah putih yang tampak lebih mewah dibandingkan rumah-rumah lain di desa itu.
"Assalamualaikum, Tante?" serunya, suaranya menggema di halaman.
"Waalikumsalam, eh Riani, ayahmu ada di dalam," sahut Yati, tante Riani, dengan senyum hangat.
Riani melangkah masuk ke dalam rumah, "Tante, ada makanan?" tanyanya sambil tersenyum.
"Ada ayam, Om-mu tadi potong ayam," jawab Yati.
"Bentar deh, mau ketemu Ayah dulu," ucap Riani sambil tersenyum, senyum yang ia sembunyikan dari ibunya tadi.
Riani menuju ruang tamu dan mendapati ayahnya di sana. Hatinya sedikit berdebar, membayangkan momen yang akan terasa begitu mengharukan setelah sekian lama tidak bertemu. Namun, kenyataan tidak selalu seindah harapan. Wajah ayahnya tampak berbeda, waktu telah mengukir garis-garis usia yang begitu jelas, mengungkap betapa panjangnya hari-hari yang telah berlalu.
Momen yang diimpikan sebagai pertemuan hangat justru berubah menjadi momen yang canggung. Riani, yang tadinya berharap bisa langsung menghampiri dan memeluk ayahnya, kini hanya duduk dengan bingung, tak tahu harus memulai percakapan dari mana.
"Ayah kapan datang?" tanyanya pelan, mencoba mencairkan suasana.
"Baru saja," jawab Seni, ayah Riani, dengan suara yang juga terkesan ragu.
"Ayah ngga kerumah kakak?" tanya Riani, mencoba mengalihkan percakapan.
"Singgah sebentar tadi, cuma untuk simpan baju," jawab ayahnya, nada suaranya masih terdengar datar, seolah-olah tak ingin memperpanjang pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Hope
RomanceUpdate Senin dan Kamis. Sinopsis: Aku jatuh cinta dengannya, di saat aku tidak ingin jatuh cinta dengan siapa-siapa. Riani tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan seorang senior yang penuh perhatian akan mengubah hidupnya. Di kota yang jauh d...