2.H2

116 53 9
                                    

Seperti halnya remaja perempuan lainnya, saat melangkah masuk ke dalam kamar kos, rasa kesepian kembali menyelimuti Riani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti halnya remaja perempuan lainnya, saat melangkah masuk ke dalam kamar kos, rasa kesepian kembali menyelimuti Riani. Di tengah hiruk pikuk kota yang asing, ia menyadari betapa sunyinya hidup tanpa kehadiran sahabat dekat, tanpa teman akrab, kecuali Ical yang menjadi satu-satunya penghibur di antara kesendirian ini.

Riani membiarkan pikirannya berkelana di kegelapan malam yang segera tiba. Dalam kejujuran hatinya, sepanjang hidup, ia belum pernah tidur sendiri. Bagaimana malam ini akan berlalu? Akankah ia terlelap tanpa teman di sisi? Dan bagaimana jika bayang-bayang hantu menghampiri? Ia sadar, mungkin ketakutannya berlebihan. Namun, itulah yang terasa nyata di benaknya.

Sampai pada akhirnya, pikirannya melayang ke rumah, meski belum genap sehari ia meninggalkan pelukannya. Rasa rindu datang menyusup, menyalakan api kecil di dalam dada. Meski ini adalah pilihannya untuk belajar mandiri, tak dapat ia pungkiri bahwa kenangan rumah tetap memanggilnya pulang. Suara adiknya yang sering kali mengajak berkelahi, omelan ibunya karena bangun terlambat atau tidak membantu pekerjaan rumah, semuanya terasa lebih dekat daripada kota yang kini menjadi tempat tinggalnya.

Namun, inilah kenyataan yang harus dihadapinya sekarang. Lagi pula, apa gunanya terus-menerus meratapi rasa rindu yang hanya akan menambah beban di hatinya? Riani tahu bahwa memikirkan hal-hal tersebut hanya akan membuat kesedihannya semakin dalam. Jadi, dia memutuskan untuk mengambil langkah yang berbeda menelepon sahabatnya.

Dengan jari-jari yang cekatan, Riani meraih ponselnya, membuka aplikasi WhatsApp, dan mulai mencari nama yang sudah begitu akrab di hatinya. Setelah menemukannya, tanpa ragu ia menekan ikon panggilan video. Detik-detik berlalu, dan layar ponselnya menampilkan tulisan "berdering," yang membuat senyum lebar terukir di wajahnya. Ada kehangatan yang menyusup ke dalam hatinya, seolah suara dan wajah sahabatnya akan mampu mengusir kesendirian yang ia rasakan.

“Ittiiiii!” seru Riani dengan penuh kegembiraan saat wajah tembem itu muncul di layar. Senyum Riani melebar seiring dengan munculnya wajah yang sudah sangat ia rindukan.

Di seberang sana, tampak Fitri Assahra, sahabat yang sudah seperti saudara bagi Riani. Begitu dekatnya hubungan mereka, hingga Riani pernah menangis ketika harus berpisah kelas karena keputusan guru. Kenangan itu tiba-tiba muncul di benaknya, membawa Riani kembali pada momen pertama kali mereka bertemu, ketika persahabatan mereka mulai terjalin erat.

Sekolah Madrasa Aliyah (MA) sedikit heboh khusunya kelas 10 IPA 1, hari ini katanya akan ada murid pindahan, Fitri yang mendengar itu jadi penasaran siapa murid pindahan itu dia pun mencari info dari teman SMP orang itu yang kbetulan sekelas dengannya.

“Rani?” panggil Fitri.

“Iya, Itti? Kenapa?” tanya Rani padanya.

“Aku mau tanya?” tanyanya lagi.

“Kamu kenal murid pindahan itu kan?” tanya Fitri dengan antusias.

Rani yang mendengar itu mengangguk. “Iya dia se-SMP sama gue.”

Hidden HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang