4.H2

67 37 5
                                    

Assalamualaikum warahmatullahiarakatu.

Ruangan kos putih terasa sunyi, hanya tedengar suara pulpen yang bergerak di atas kertas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan kos putih terasa sunyi, hanya tedengar suara pulpen yang bergerak di atas kertas. Cahaya teraman kos menyirami wajah-wajah yang tenggelam dalam keseriusan menulis. Di antara dinding yang bersih beberapa orang duduk dengan punggung yang membungkuk, mata yang fokus pada catatan praktikum yang mereka tulis. Setiap gerakan pulpen memberikan dentuman kecil keheningan, menciptakan irama kerja keras

Ruangan kos yang semula bersih kini terlihat seperti medan perang kertas. Gulungan kertas-kertas bekas, coretan-coretan dan potongan-potongan yang tercecer menutupi lantai. Setiap kertas itu menyimpan jejak perjalanan mereka  mulai dari coretan awal hingga revisi yang terus-menerus.

“Uh punggung aku, AAA encok sumpah,” teriak Riani.

Yah kelompok 5 lah pelaku dari kekacauan ini, kelompok yang salah satunya adalah Riani.

“Sama tangan aku udah lubang,” sambung Hesti.

“Kalian udah sampai mana?” tanya Rafi si ketua kelompok itu.

“Madih ada dua lembar lagi,” jawab Arlan.

Riani yang mendengar itu seketika mengangkat kepalanya melihat ke arah Arlan. “Cepet banget.”

“Lo yang nulisnya lama!” ucapnya lagi.

“Riani tinggal berapa lembar emang?” tanya Hesti perhatian.

“Hehehe masih ada lima lembar, lagian ini manusia kolot mana sih yang nulis laporan pake tulisan tangan, sekarang ada teknologi yang namanya laptop yang bisa dimanfaatkan dengan baik,” omel-omel Riani.

“Protes sana ke asdos langsung!” pinta Awan. Riani yang mendengar itu hanya cemberut melanjutkan tulisannya.

Setelah perdebatan singkat di antara anggota kelompok 5, hening kembali mengisi ruangan. Semua kembali fokus pada tulisan mereka masing-masing, tenggelam dalam upaya menyelesaikan laporan masing-masing.

Dengan gerakan berlahan Riani bangkit dari duduknya, merenggangkan tulang-tulang yang terasa kaku, setelah berjam-jam menulis laporan praktikum. Dia merasa terkejut ketika melihat jam di hpnya yang sudah menunjukan pukul 5 sore. Dengan perasaan lega dan puas yang menghampiri Riani melangkahkan kakinya keluar ruangan kos, merasa bangga atas kerja kerasa yang dia lakukan bersama teman kelompoknya.

“Udah selesai kan, gue chat kak Angel (Asisten dosen) yah buat minta asistensi nya kapan,” ujar Rafi setelah melihat teman-temannya yang sudah selesai.

“Oke deh lagian semua sudah selesai,” sahut Arlan.

“Kalian kalau mau balik-balik aja dulu, entar gue hubungin kalau Kak Angel udah balas,” jelasnya lagi.

Mereka serentak mengangguk, sampai Awan berkata. “Bantuin gue dulu beresin kos, itu sampah mau di bawa ke mana sebanyak itu.”

Semua bergerak untuk membersihkan kembali kamar Kos Awan, Riani menyapu dan mengumpuklan semua sampahnya ke sudut ruangan.

Hidden HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang