3.H2

86 48 5
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.

Berkenalan sedikit dengan Ical, Ical adalah mahasiswa semester 11 yang mandiri dan bertanggung jawab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berkenalan sedikit dengan Ical, Ical adalah mahasiswa semester 11 yang mandiri dan bertanggung jawab. Meski belum wisuda, ia punya alasan kuat yaitu cuti selama satu semester untuk menjadi relawan Palang Merah Indonesia (PMI) dan bekerja selama satu semester lainnya. Kehidupannya yang tidak harmonis membuatnya terbiasa hidup mandiri sejak kecil, tinggal jauh dari orang tuanya.

Di sela rutinitasnya, Ical sering menonton video debat di YouTube atau belajar bahasa asing sebagai persiapan untuk masa depannya. Dia percaya bahwa melalui video-video itu, dia dapat meningkatkan pengembangan diri, mindset, dan keterampilan yang berguna di dunia kerja nanti.

Sudah dirasa cukup Ical mengambil koper kecil miliknya, memasukkan semua baju yang dia punya di dalamnya. Hari ini berniat untuk pindah kos tentunya tidak jauh dari kos Riani, entahlah Ical rasa perlu bertanggung jawab untuk menjaga adik kecilnya itu.

Di tambah setelah kejadian semalam yang membuatnya harus ke kos Riani malam-malam karena sang adik yang ketakutan, menambah alasan dirinya untuk pindah kos. FYI semalam Ical pulang jam 1 pagi saat merasa Riani sudah terlelap dari tidurnya.

Ical menggenggam erat kunci motor di tangannya, lalu dengan tenang mengambil koper berisi pakaian yang ia persiapkan. Dengan langkah mantap, ia menaruh koper itu di samping motornya sebelum melangkah menyusuri jalanan yang masih diselimuti kesunyian pagi, menuju kos Riani.

Sesampainya di sana, Ical memarkirkan motornya tepat di depan kos. Dengan mudah, ia mengangkat koper yang tak terlalu berat itu, lalu melangkah menuju pintu kamar Riani. Ketukan pintu terdengar keras, memecah keheningan pagi.

"Riani!" panggilnya, suaranya menggema di lorong sepi itu.

Di dalam kamar, Riani yang masih setengah sadar, terbangun dari tidur lelapnya. Ia mengucek-ngucek mata dan meregangkan tubuh yang masih diliputi kantuk.

"Siapa?" suaranya setengah serak terdengar dari balik pintu.

"Ical!" jawab Ical singkat namun jelas.

Dengan tergesa-gesa, Riani bangkit, berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajah. Namun sebelum membuka pintu, rasa panik tiba-tiba menguasai dirinya saat ia menyadari bahwa auratnya belum tertutup sempurna. "Tunggu, Kak!"

Tapi, seiring detik yang berlalu, ingatannya kembali. Riani baru menyadari bahwa mukena masih melekat di tubuhnya. Setelah sholat subuh tadi, ia tak sempat melepaskannya sebelum jatuh tertidur kembali.

Dengan cepat, ia membuka pintu. Sinar matahari yang begitu terang memaksa Riani menyipitkan mata, dan di depannya, berdiri Ical dengan senyum yang tak pernah pudar, koper di samping kirinya.

"Baru bangun?" tanya Ical, memperhatikan wajah lusuh yang tampak masih dibalut kantuk.

"Nggak kok, tadi udah bangun buat subuhan, tapi ketiduran lagi," Riani membela diri, tak terima.

Hidden HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang