7.H2

67 31 13
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hari ini adalah hari yang sangat sibuk bagi Riani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari yang sangat sibuk bagi Riani. Hari ini, ia sedang mengumpulkan laporan yang telah ia tulis beberapa bulan lalu untuk dibawa ke tempat pembukuan."

“Aduh, tugas aku di mana?” panik Riani sambil mengacak-acak kamarnya.

“TP (Tugas Pendahuluan) aku di mana?” Riani mengusap wajahnya frustasi. Dia merasa sudah memasukkan semuanya ke dalam map khusus laporan yang sudah dia tulis.

“Mana sih?” gerutunya sambil terus mengotak-atik kotak kertas yang ada di hadapannya.

“Nah, ketemu,” ucapnya, kemudian mengusap sedikit air matanya.

Dengan buru-buru, dia mengambil map dan mengeluarkan semua isi berkas yang ada di dalamnya tanpa memperhatikan isinya. Yang terpenting sekarang adalah membawa laporan ini untuk dibukukan.

Putri, salah satu teman kelas Riani, juga sudah menyiapkan berkasnya. Rencananya, dia akan menjemput Riani. Tanpa berlama-lama, dia mengambil motor ibu kos dan meminjamnya.

“Assalamualaikum, Bu,” panggilnya.

“Waalaikumsalam, Putri? Mau pinjam motor, pasti,” tebak ibu kosnya. Ini bukan pertama kalinya Putri melakukan itu.

“Iya, Bu. Saya pinjam motornya dulu ya. Saya mau pergi ke tempat pembukuan laporan dan buru-buru, Bu,” jelasnya.

Ibu kosnya menyerahkan kunci motor yang langsung diambil Putri. “Makasih, Bu.”

Tanpa berlama-lama, Putri menaiki motor dan melaju menuju kos Riani.

“Riani?” panggil Putri ketika sudah berada di depan kos Riani.

Riani buru-buru keluar sambil membawa map berisi laporan. “Laporan kamu di mana?”

“Ada di tas, ayo, nanti antri!” ajak Putri.

Riani naik ke motor yang dibawa Putri. Motor itu melaju dengan cepat, dan dengan buru-buru, Riani berpegang pada perut Putri.

“Put, pelan-pelan!” teriaknya setengah ketakutan.

“Pegangan, Ria,” teriak Putri.

Riani semakin mengencangkan pelukannya, dan membiarkan Putri membawanya. Tidak butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai di tempat pembukuan. Di sana sudah banyak seangkatan mereka yang sedang sibuk membukukan laporan juga.

“Baru datang juga?” ucap salah satu teman angkatan mereka.

“Iya,” jawab Riani.

“Antri ya,” ucapnya. Orang-orang pun mulai mengantri menuliskan nama dan NIM mereka pada kertas yang sudah disediakan oleh tempat pembukuan.

Riani yang mendengar itu hanya mengangguk-angguk paham. Riani berdiri di dekat kursi panjang. Masih ada tempat kosong di sana, tapi Riani tak berniat duduk di situ karena hanya ada laki-laki di sana.

Hidden HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang