14.H2

44 16 33
                                    

Suasana tegang seakan tercipta di ruangan kecil itu, saat Riani dan teman-temannya melaukan asistensi ke  asisten dosen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana tegang seakan tercipta di ruangan kecil itu, saat Riani dan teman-temannya melaukan asistensi ke  asisten dosen. Rungan yang biasanya terasa hangat dan akrab kini di penuhi ketegangan yang hampir bisa di raba.

Setiap helaan napas terasa berat, dan jemari mereka sedikit gugup ketika menyodorkan laporan yang sudah mereka kerjakan dengan penuh usaha. Asisten dosen yang tidak lain adalah Ical memandang laporan itu dengan serius, alisnya sedikit berkerut. Mereka menunggu dengan cemas. Berharap segala kerja yang sudah di desikasikan mereka berbuah manis.

"Ayok Acc," gemas Riani dalam Hati.

Suasana semakin menegang kala Ical, mengambil pulpen yang tak jauh darinya. Jantung mereka berdebar kencang, seakan berhenti bersamaan dengan gerakan tangannya yang perlahan.

Namun, seketika ketegangan itu lenyap ketika tulisan “Acc” tertera nyata pada sampul laporan mereka. Rasa lega yang luar biasa membanjiri ruangan kecil itu, menggantikan kegelisahan dengan kegembiraan. Mereka semua tersenyum dan saling berpandangan dengan tatapan penuh kemenangan. Akhirnya, laporan mereka diterima.

“Yey,” bisik Riani, padahal sebenarnya dia sudah yakin sih kalau laporan itu akan di Acc dia hanya berpura-pura tegang agar lebih dramatis.

Setelah proses asistensi itu selesai, teman-teman Riani pulang, meninggalkan Ical dan Riani di ruangan kecil itu dengan pintu terbuka lebar. Suasana yang tadinya penuh dengan ketegangan dan kegembiraan berubah menjadi hening. Cahaya sore hari masuk melalu jendela menciptakan pola-pola bayangan di lantai. Riani merasakan sisa-sisa kegugupan yang berlahan menguap, di ganti oleh perasaan tenang dan sedikit rasa peasaran.

Ical masih duduk di lantai, tersenyum melihat laporan Riani yang masih ada di hadapannya. Ruangan itu meskipun kecil, terasa luas dengan berbagai kemungkinan yang belum terungkap.

Kemudian Ical berdiri, “Siap-siap sana kita ke Itti.”

Riani langsung membulatkan matanya, akhirnya dia bertemu dengan sahabatnya, bener-bener sahabat. Selama ini dia tidak pernah menemui Fitri karena jarak kos dengan tempat kursus Fitri lumayan jauh yang harus di tempuh selam 1 jam lebih.

“Beneran?” tanya Riani.

“Iya, sebagai reward untuk kamu sendiri,” jawab Ical.

“Ngga usah mandi yah, aku udah mandi tadi pagi,” ucap Riani.

“Yah terserah kamu, saya balik kos dulu, mau siap-siap,” ucap Ical kemudian pergi menuju kamarnya sendiri.

Riani, dengan semangat penuh mengganti pakainnya dengan gamis berwarna hita yang selalu membuatnya merasa nyaman.

Dia sudah tidak sabar bertemu dengan sahabatnya, Fitri, yang sudah lebih dari setengah tahun tidak ia jumpai. Setiap kenangan manis bersama fitri terlintas di benaknya, membuat langkahnya semakin ringan.

Sementara itu, Ical juga bersiap-siap untuk menemani Riani bertemu dengan Fitri. Ical dan Fitri juga sudah seperti saudara, ke akraban mereka sudah terjalin sejak lama.

Hidden HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang