12.H2

38 11 4
                                    

“Astaga,” paniknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Astaga,” paniknya. Riani mengerjapkan matanya, mencoba fokus melihat jam yang ada di layar. Jam sudah menunjukkan pukul 08:34. Jam 9 dia harus memulai kuliah pertama hari ini.

Seketika, Riani beranjak bangun. “Ah, pusing-pusing,” teriaknya. Kurang tidur mungkin yang membuatnya sedikit oleng.

Riani buru-buru menuju kamar mandi dan menyelesaikan pertapaannya di dalam hingga keluar mengenakan handuk yang melingkar di badannya. Riani mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

“Itooo, jemput, aku telat bangun,” ujar Riani.

“Oke, oke, aman,” jawab Kirsto. Ya, Kirsto yang sekarang berubah namanya menjadi Ito di tangan Riani.

Kirsto kemudian mengambil motornya beserta helmnya, menuju kos beban hidupnya sekarang.

Sementara itu, Riani mencari-cari gamis mana yang ingin dia kenakan hari ini. Sepertinya tidak ada pilihan, baju belum dicuci karena terlalu sibuk mengerjakan laporan praktikum. Dan dia lupa membawanya ke laundry. Sial.

Masih berusaha mencari yang bisa dipakai, alhasil pilihan terakhir adalah menuju gantungan pakaian. Setidaknya di sana masih ada gamis yang baru sekali dipakai.

“Ini aja deh,” monolognya.

Kirsto sudah memarkirkan motornya di depan kos Riani dan kemudian berteriak, “Rianiiiii, ayok!”

“Tunggu, To, aku belum pakai jilbab,” teriak Riani dari dalam kos.

“Lamaaa, cepat nanti kita telat,” ucap Kirsto.

“Iya, ini lagi buru-buru,” teriak Riani, semakin besar dan terdengar lebih panik.

“Kenapa makin buru-buru malah makin lambat sih,” monolognya dalam hati.

“Masih lama?” tanya Kirsto.

“Dikit lagi,” ucap Riani, kemudian berlari keluar.

“Ayok,” ajak Riani setengah panik.

“Lambat! Ayok,” Kirsto menaiki motornya dan pergi menuju kampus.

Jalanan pagi ini cukup ramai, dikelilingi motor dan kendaraan mahasiswa lainnya. Kirsto semakin mempercepat laju motornya menuju Fakultas.

Sesampainya di Fakultas, Riani merapikan dirinya. Astaga, dia baru sadar bahwa dia melupakan sesuatu. Riani menatap kedua kakinya yang hanya mengenakan sandal jepit. Astaga, dia lupa pakai sepatu.

“Ito, lihat!” ucap Riani sambil menunjukkan kakinya.

Kirsto yang melihat arah tatapan Riani berada, “Astaga, Riani, kita benar-benar hampir telat ini.”

“Ito, gimana ini?” tanyanya dengan takut.

Sudah pasti jika dia masuk ke kelas dalam keadaan seperti ini, dia akan diusir keluar.

Hidden HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang