Cp. 1

736 63 4
                                    

Aralie POV.

Perkenalkan, namaku Abigail Rachel William.
Saat kecil aku memperkenalkan diri sebagai Rachel, kemudian berubah menjadi Abigail dan sekarang namaku menjadi Aralie.
Alasannya? Karena aku ingin mengetahui seseorang berdasarkan nama yang mereka sebut.

Jika mereka memanggilku sebagai Aralie, maka mereka mengenalku dari sekolah baruku nanti. Kenapa? Karna aku baru memperkenalkan diri sebagai Aralie di sana.

Kedengarannya mungkin aneh, tapi Ayah dan Bunda setuju-setuju saja. Bahkan Ayah bilang, "Berani beda itu baik."

Bukan hal yang mengejutkan, mereka memang selalu mendukung setiap hal yang aku lakukan. Selagi positif kenapa tidak? Begitu katanya.

_____

"Selamat pagi, Bundaaa!" panggilku dari arah tangga, berlari kecil.

Bunda yang tengah sibuk dengan urusannya di dapur pun menoleh sekilas padaku, tak lupa memberikan senyuman manisnya.

"Selamat pagi, Princess. Sesi berpelukannya nanti saja ya, Bunda belum selesai."

Aku mengangguk, beralih menghampiri Ayah yang entah mengapa sudah sibuk dengan ponselnya di pagi hari. Padahal biasanya Ayah hanya akan duduk manis menikmati teh hangat sembari memperhatikan Bunda yang tengah sibuk di dapur.

"Selamat pagi, Ayah!"

"Pagi, little William. Tumben banget kamu udah bangun jam segini, hm? Biasanya masih menjelajahi mimpi."

Aku sedikit merenggut kesal mendengarnya. "Ihh Ayah! Aku kan anak rajin, selalu bangun pagi."

"Ayah juga tumben banget deh pagi-pagi udah sibuk, biasanya juga fokus sama Bunda," lanjutku melihat Ayah yang kembali sibuk.

"Ayah lagi urus pendaftaran kamu, sayang."

"Hah? Pendaftaran apa?"

"Sekolah kamu dong! Kamu mau sekolah di SMA Marukyuu, kan?"

"Ayah serius? Seriusan? Nggak bohong kan? Ayah dan Bunda beneran kasih aku izin sekolah di sana?" Aku bertanya dengan bertubi-tubi.

SMA Marukyuu adalah salah satu sekolah terbaik yang menjadi impianku sejak dulu. Melihat banyaknya prestasi yang sekolah itu cetak, ingin rasanya aku menjadi salah satunya.

Tapi satu-satunya cara untuk masuk ke sana hanya melalui pendaftaran online dengan mengikuti tes baik akademik ataupun non akademik secara langsung. Persaingannya juga cukup ketat, tapi justru bagiku itu menjadi tantangan yang harus aku capai.

Di tengah keterkejutanku itu, Ayah mencium rambutku singkat dan tertawa kecil. "Iya sayang, Ayah Bunda kasih izin."

"Yes!" Aku langsung melompat senang. "Mission completed!"

"Minggu depan kamu akan ikut tes secara langsung di sana. Persaingannya ketat, lho, jadi kamu harus benar-benar serius."

"I will, Ayah!"

"Sudah selesai, nih. Ayo kita sarapan dulu, nanti kita bicarakan lagi."

Tubuh jangkung Ayah langsung merangkulku menuju meja makan yang terhubung langsung dengan tempat aku dan Ayah bicara tadi.

Seperti biasanya, Aku akan duduk sendiri sementara Ayah dan Bunda berada di depanku.

"Kamu mau makan apa, sayang?" tanya Bunda padaku setelah menyerahkan sepiring nasi milik Ayah.

"Uhm.. Aku mau roti selai, sereal dan yogurt buah boleh?"

"Boleh dong, sayang. Ada lagi?"

"Cukup, Bunda. Terima kasih."

Take Me - AralynnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang