Cp. 19

798 84 22
                                    

Sabtu, 4 November 20xx
_______

"Lo udah baca berita terbaru?"

Delynn yang tengah mencuci tangan pun menoleh, menatap Oline yang baru saja mendudukkan diri pada salah satu kursi di teras.

"Persidangan kasus bokap kita dilakukan secara terbuka," lanjut Oline.

Delynn mengangguk. "Kasus besar."

"Di hari Senin."

Mata Delynn membulat. Secepat itu?

"Mommy baru aja kasih gue kabar soal ini, katanya gue dan Ribka harus tetap sekolah. Lo gimana?" Oline menghela napas, menatap Delynn yang kini duduk di sampingnya.

Delynn tak menjawab. Kepalanya sibuk memikirkan perkataan sang Papi di hari kemarin. Apa mungkin Papinya itu sudah tau?

"Menurut lo-" Suara Delynn tiba-tiba tercekat. "Apa gue harus terima permintaan Papi buat habisin waktu terakhirnya bareng-bareng?"

"Maksudnya?"

"Yang lo lihat kemarin, Papi minta gue buat habisin waktu bareng untuk yang terakhir kalinya."

Delynn menatap Oline sekilas. "Semenjak kejadian 10 tahun lalu, gue ga pernah sudi untuk ngobrol dan habisin waktu bareng lagi."

"Kalo gitu.. apa manfaatnya kalau lo menuhi permintaan itu?"

"Papi bilang dia bakal kasih tau semua hal yang gue pengen tau."

"Turutin, Del." Oline menyakinkan. "Lo mau terus-menerus hidup dengan rasa penasaran?"

"Apa lagi yang perlu gue tau? Gue udah tau Papi yang punya komplotan money laundering itu, gue udah tau Papi yang menghilangkan Mami."

"Dan semalam lo bilang lo belum tau alasan dibalik itu semua, kan?"



DEG

Jantung Delynn mendadak berdebar kencang, perkataan Oline seakan menyadarkannya. Benar, ia memang belum mengetahui apa yang menjadi alasan sang Papi melakukan ini semua.

"Yang gue tau, Papi jahat," sangkal Delynn akan rasa penasarannya itu.

Oline mengangguk paham. "Dan semalam lo bilang kalau kita perlu lihat dari sisi lain juga, kan? Apa perlu gue panggil Shasa buat jadi saksi? Siapa tau lo lupa."

Delynn menatap Oline tajam, seolah memintanya untuk berhenti menyerangnya dengan kalimat yang ia ucapkan sendiri.

"Apa? Mau marah? Pukul sini." Oline menunjuk pipinya.

"Lo perlu inget posisi gue sebagai teman, bukan musuh."

Setelahnya Oline masuk lebih dulu, meninggalkan Delynn sendirian di teras. Dengan tatapan kosong, Delynn terus menghela napas.

Bahkan kalau ia tau jawabannya, itu semua tak akan merubah apapun. Keluarganya tak kembali utuh, Maminya tak bisa kembali hidup, dan Delynn kecil tak mungkin kembali.



Ting!

"Papi kamu itu orang jahat. Jangan pernah mau temui dia lagi. Opa takut kamu jadi korban selanjutnya."




Delynn kembali mematikan layar ponselnya yang sempat menyala akibat notifikasi tadi. Lututnya mulai dinaikkan untuk ia peluk, sekaligus menjadi bantalan kepalanya.

Orang jahat...

______

"Papiiii, dia jahat!"

Seorang anak perempuan berlari menghampiri dua pria dewasa yang tengah berbincang di kursi taman. Langkahnya terburu-buru, ingin segera menghampiri sang Ayah untuk ia peluk.

Take Me - AralynnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang