Cp. 8

573 57 18
                                    

Minggu, 6 Agustus 20xx
_________

Hari-hari yang ia nantikan setiap tahunnya telah tiba. Hari di mana usianya bertambah satu tahun, meski dirinya sadar bahwa tiap detik yang ia jalani pun menambah usianya. Tapi bagi seorang Abigail Rachel William, 6 Agustus akan selamanya ia hargai dan sebisa mungkin ia rayakan.

16 tahun yang lalu, Ibunda tercintanya itu melahirkannya ke dunia ini. Dengan penuh perjuangan dan kesulitan setelah melewati 9 bulan lamanya. Lahir menjadi anak yang dinantikan, penuh kasih sayang dan mendapatkan cinta seutuhnya membuat Aralie tak henti-hentinya mengucap syukur.

Baginya, peristiwa itu menjadi tolok ukur hidupnya.

Bagaimana bisa ia merasa lelah jika Ayah dan Bunda senantiasa berjuang untuk kehidupannya?

Bagaimana bisa ia menyerah saat Bunda berusaha mempertahankannya?

Bagaimana bisa ia kesepian saat Ayah dan Bunda senantiasa bersamanya?

Bagaimana bisa ia merasa kosong saat Ayah dan Bunda selalu mengisi hidupnya?

Bagaimana bisa ia merasa kekurangan cinta saat Ayah dan Bunda senantiasa menghujaninya dengan cinta yang tak henti-hentinya mengalir?

Bagi seorang Abigail Rachel William, terlahir menjadi anak seorang Algar Abiel William dan Indira Putri Seruni adalah momen terbaik sepanjang hidupnya.

Selamanya.

______

"Cantik banget anaknya Bunda Dira."

Aralie yang tengah sibuk merias wajahnya lantas menoleh ke sumber suara, ada sesosok perempuan jangkung yang berdiri tepat di depan pintu kamarnya.

"Astagaa, Regie! Kamu ngagetin aku," ucap Aralie berusaha menetralkan detak jantungnya.

Regie tertawa kecil, mulai melangkah masuk tanpa berniat menutup pintu. "Aku nepatin janji buat dateng, Cici seneng ga?"

"Seneng dong, kenapa engga?" balik tanya Aralie memperhatikan Regie dari cermin.

"Seneng kan! Cici pasti makin seneng kalau tau aku sekarang tinggal di Jakarta."

Mata Aralie membulat, nadanya berubah antusias. "Serius?"

Regie mengangguk. "Papi mau buka cabang bengkel di sini, jadi aku sama Mami ikut pindah ke Jakarta sekalian."

"Terus sekolah kamu?"

"Aku udah pindah dari 2 bulan lalu tau, Ci. Cuma diam-diam aja biar surprise ke Cici."

"Dasar ya kamu! Emangnya ga kangen aku?" kesal Aralie namun senyuman terukir di wajahnya.

"Kangen lah! Kangen banget sama Cici aku yang satu ini."

Keduanya lantas tertawa bersama. Regie sendiri merupakan teman masa kecilnya, namun karena perbedaan usia, Regie sendiri sudah dianggap adik baginya. Dengan bernama lengkap Regina Wilian, Aralie lebih senang memanggilnya dengan nama Regie.

"Ci, yang duduk di depan teras siapa? Kok keliatan akrab banget sama Ayah Al?"

"Siapa?" tanya balik Aralie, masih sibuk memoles wajahnya.

"Perempuan, Ci. Aku ga kenal, temen Cici mungkin? Dia pake topi inisial A."

"Ohh, iya itu temen aku. Dia sekarang di mana?"

"Siap siap mungkin? Tadi waktu aku nyusul Cici ke sini, dia dipanggil Bunda."

Aralie hanya mengangguk, kembali memperhatikan riasannya di depan cermin. Polesan make-up tipis yang senada dengan warna merah muda dari dress yang dipakainya.

Take Me - AralynnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang