Cp. 3

593 66 18
                                    

Pengumuman peserta didik Marukyuu 20xx telah dirilis sejak 3 minggu lalu. Aralie pun menjalani sisa liburannya penuh kebahagiaan setelah mengetahui namanya lolos dari ribuan peserta yang mengikuti tes di sana.

Kini sehari sebelum masa pengenalan sekolah dimulai, Aralie tengah dalam perjalanan pulang setelah melakukan family time di Bandung.

"Kamu sudah punya teman belum, Biel?" tanya pria yang duduk di kursi kemudi.

"Udah dong! Aku waktu tes sudah kenal 2 orang, ada Kak Shasa dan Kak Lana. Terus ada lagi yang aku tau, cuma kita belum kenalan langsung sih."

"Mereka baik?"

"Baik banget, Bunda! Kak Shasa selalu nunggu aku di depan ruangan, jadinya kalau ke mana-mana aku ga sendirian deh."

"Tapi ya, Kak Shasa sama Kak Lana itu suka banget berantem. Kayak, ada aja gitu yang diributin. Tapi ga apa apa sih, jadinya seru."

"Kalau yang belum kenalan langsung gimana? Kok bisa kamu tau dia sedangkan kalian belum kenalan?"

"Oh itu, kalau dia sih—"






CKITT






"Maaf maaf ada kecelakaan di depan."

"Hah? Kok bisa?" balas Bunda panik.

"Kita parkir di minimarket dulu, ya. Ayah mau cek kondisinya."

Setelah mobil berwarna putih itu terparkir di halaman minimarket, mereka bergegas turun. Aralie pun demikian, tapi dirinya hanya memperhatikan dari trotoar jalan.

Di sana, Bunda terlihat membantu sosok yang terkapar di jalan. Sementara Ayah menyingkirkan motor ke tepi jalan dibantu pengendara sekitar yang turut berhenti.

"Aku bantu, Bunda." Aralie segera menopang tubuh itu dari sisi lain.

"Kamu tunggu sini sebentar, ya. Saya ke dalam dulu beli obat untuk kamu."

"Biel, kamu tolong temani dia dulu ya?" pamit Bunda.

Aralie lantas membawa tubuh itu ke kursi yang berada di depan minimarket. "Helm kamu dilepas aja biar bisa dicek lukanya."

Sosok itu menurut, sedikit kesulitan membuka kaitan helm saat tangannya penuh dengan goresan luka.

"Shh, perih ya?" ringis Aralie. "Aku bantu, ya."

"Kamu? Kamu Delynn kan?" Pertanyaan Aralie membuat keduanya sama-sama terkejut.

Benar sekali. Aralie tak mungkin salah mengira. Itu perempuan yang sama.

"Kok bisa gini sih?"

Delynn tak menjawab, luka di telapak tangannya terasa begitu perih. Entah bagaimana caranya ia menyetir nanti.

"Ada apa, sayang?" tanya Bunda keluar dari minimarket dengan berbagai obat-obatan.

"Bundaa, ini temen aku."

"Ya ampun, kok bisa seperti ini? Siapa nama kamu, Nak?"

"Delynn..." jawabnya meringis.

Bunda mengangguk. "Tahan sebentar ya, biar Bunda obati dulu luka kamu."

Tepat saat kapas alkohol itu menyentuh lukanya, kaki Delynn langsung bergerak tak beraturan. Demi Tuhan, perih sekali.

"Tahan sebentar ya, kalau gak diobati takutnya luka kamu infeksi." Aralie mengusap pelan lengan Delynn, berusaha menenangkan.

Menit menit berlalu, Bunda pun selesai mengobati luka Delynn dengan telaten. Sementara Bunda kembali ke dalam minimarket untuk membeli sejumlah barang, Aralie dengan setia duduk di samping Delynn.

Take Me - AralynnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang