Cp. 6

505 55 11
                                    

Kamis, 3 Agustus 20xx
_______

Sudah dua Minggu setelah kepindahannya, Delynn yang memang jarang berinteraksi itu kini tengah berada di genggaman Lily. Teman sekaligus tetangga barunya sudah beberapa kali mendatangi rumahnya.

Entah ke mana lagi Lily membawanya. Kemarin perempuan itu membawanya menuju pedagang bakso terfavorit di perumahan ini, katanya. Bakso Pak Alan namanya, yaa Delynn sendiri bisa mengerti kenapa warung bakso milik Pak Alan selalu diminati banyak orang.

"Aku punya temen yang tiap hari jam 4 sore selalu nongkrong di taman," ucap Lily di tengah perjalanan mereka.

"Apa urusannya?" batinnya bingung.

"Namanya Levi, katanya dia tahun depan mau masuk Marukyuu juga. Tapi kamu harus liat deh dia tinggi banget!"

Delynn hanya mengangguk-angguk, meski tau perempuan di depannya itu tak melihat. Tiba-tiba saja Lily berbalik, dengan reflek dirinya mengambil langkah mundur.

"Kaget ya?" tanya Lily, tertawa.

Lily lanjut memperhatikan Delynn dari atas kepala hingga ujung kaki dan terus begitu beberapa kali.

Delynn yang melihatnya pun merasa jengah. "Kenapa?"

"Kamu tinggi sih," Lily mengangguk. "Tapi Levi masih lebih tinggi."

Ah hanya karena itu.

Tapi mengapa tatapannya begitu intens?

Sudahlah, Delynn kembali mengeluarkan jurus andalannya, kembali mengangguk.

Ternyata lokasi taman tak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Taman itu juga cukup asri dengan rindang nya pepohonan dan ada beberapa wahana anak-anak seperti ayunan, jungkat-jungkit hingga perosotan yang tersedia.

"Levi!"

"Ci Lily!!! Konnichiwa!" sapa perempuan jangkung yang tadinya duduk sendiri di salah satu bangku taman.

"Konnichiwa!" balas Lily tak kalah sumringah.

"Nah Delynn, ini Levi. Levi, ini Delynn yang aku chat kamu itu lho!" ujar Lily memperkenalkan kedua temannya.

"Levi, Ci."

"Delynn."

Lily tak sepenuhnya salah, Levi memang cukup tinggi bagi anak seusianya. Bahkan dirinya yang seringkali menjadi yang tertinggi pun kalah dengan tinggi menjulang Levi.

Sementara keduanya berbincang, Delynn hanya diam mendengarkan. Matanya mulai menyusuri taman yang ramai oleh anak-anak.

Cuaca sore ini memang cukup sejuk dengan angin sepoi-sepoi, tak heran banyak anak-anak yang gemar bermain di taman. Fasilitas yang memadai, belum lagi lapangan luas yang digunakan sebagian anak-anak bermain bola dan sisi lainnya digunakan untuk bermain skuter.

"Ci Delynn baru pindah, ya?"

Delynn hanya mengangguk sebagai jawaban. Toh pasti Lily juga sudah menceritakannya.

"Cici kenapa tinggal sendirian?"

"Belum, Lev. Keluarga kamu nanti nyusul kan, Del?" tanya Lily berbalik padanya.

"Ohhh, kirain aku cici tinggal sendirian." Levi mengangguk-angguk. "Nanti kalo udah dateng kita tambahin aja ci ke grup perumahan, jadi makin rame deh."

"Ide bagus! Keluarga kamu kapan nyusul, Del?" tanya Lily antusias.

"Cici anak tunggal? Atau ada saudara?"

"Perumahan ini aktif kegiatan lho, Ci. Dijamin deh Cici dan keluarga cici pasti betah," yakin Levi berpose ibu jari.

"Betul! Hidup kamu lebih berwarna semenjak tinggal di sini."

Take Me - AralynnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang