Cp. 17

508 49 36
                                    

Jum'at, 3 November 20xx
________

Seperti yang ia lakukan pada orang tua Aralie pekan lalu, Delynn kembali menjelaskannya kepada teman-temannya yang kini hanya terdiam. Mereka jelas shock dan sama sekali tidak menyangka Delynn dapat berbicara banyak apalagi mengenai masa kelamnya itu.

Namun tetap ada yang berbeda, Delynn tak secemas kemarin. Selama bercerita pun Aralie mengusap tangannya lembut, meski perempuan itu juga baru mendengarnya.

"Delynn belum tau apa motif Papi lakuin hal itu," ujar Delynn kembali mengusap wajahnya.

"Kamu benar-benar mau menuntut Papi kamu?" tanya laki-laki dewasa di sana, melihat keraguan di wajah Delynn.

"Belum tahu," Delynn menggeleng pelan. "Delynn marah atas itu semua, tapi ada secercah cahaya kecil yang melarang Delynn untuk lakukan hal itu. Kalaupun bukan Delynn, pasti keluarga Mami yang akan menuntut Papi."

"Siapa nama Mami lo?" tanya Oline tiba-tiba.

"Cindy, Cindy Hapsari Hansa."

Ruangan kembali hening. Mereka sama-sama tahu bahwa hingga saat ini nama itu terdaftar dalam pencarian orang hilang.

Kasus itu memang terjadi sejak 10 tahun lalu, ketika anak salah satu pengusaha di bidang otomotif dikabarkan hilang secara mendadak tanpa jejak.

__________

Kejadian tadi membawa kecanggungan dalam rumah bernuansa putih itu. Permasalahan Delynn dan Oline telah berakhir, mereka saling meminta maaf dan menyemangati satu sama lain. Namun permasalahan pribadi Delynn lah yang membuat mereka enggan membuka suara, terkecuali-

"Cici, aku laper..." -suara rengekan Regie.

Ya, bocah SMP itu baru saja tiba 20 menit yang lalu. Dengan ide cemerlangnya ia datang bersama 3 temannya yang lain. Dan ada juga Ribka, adik Oline itu pergi menyusul setelah mendengar kabar keributan sang kakak.

"Bawel pisan, laper mah makan," cibir Ribka.

"Opo seh kowe nyambung-nyambung aja!" balas Regie mendelikkan matanya.

"Ci Alieee, Eji laper." Kali ini Regie memanyunkan bibirnya, membuat Nachia -sahabat sejatinya selama di Jakarta- turut mengangguk dan melakukan hal yang sama.

"Eh sumpah ya, geuleuh pisan!"

"Udah eh malah ribut, yaudah ayo mau makan apa." Lana akhirnya pergi menengahi, lama-lama kesal juga ia mendengar keributan bocah-bocah itu.

"Kimmy sama Levi aja yang milih, mereka diam-diam aja dari tadi," tunjuk Nala pada dua teman Regie yang lain.

"Hah? Levi?" Lily terkejut bukan main saat melihat tetangganya itu turut berada di rumah kediaman Aralie.

"Telat, Ci. Aku udah setengah jam di sini," kesal Levi.

"Lily kebanyakan bengong," tawa Erine melihat wajah bingung Lily.

Atensi kemudian kembali beralih pada Regie yang kini sudah sibuk menggoyangkan bahu Aralie, ia merasa ada yang tak beres dengan Cici-nya itu.

"Iya iya, kalian mau makan apa emangnya?" tanya Aralie, akhirnya memberi merespon.

"Aku mau-"

"Siapa yang mau pizza?!!"

"AKUUUUU!"

Para remaja itu segera merapikan posisi duduk mereka, memberi ruang agar Shasa dapat menyimpan box pizza yang ada di tangannya. Tak lama kemudian Oline dan Delynn turut menyusul membawa hal yang sama.

Take Me - AralynnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang