Cp. 23

2.2K 209 62
                                        

Satu bulan telah berlalu. Selama itu juga, Delynn berusaha beradaptasi dengan kehidupan barunya. Didampingi oleh Aralie dan seorang spesialis kejiwaan yang membantu menyembuhkan rasa trauma dan luka dalam dirinya.

Delynn telah menerima apa yang telah terjadi, namun ia tetap enggan untuk tinggal bersama keluarga sang Mami. Ia lebih memilih tinggal sendirian dalam rumah minimalis yang ia sewa pada bulan Juli lalu.

Rumah asri yang terletak dalam perumahan yang sama dengan Lily dan Levi itu seringkali dikunjungi oleh teman-temannya. Entah sekadar berkumpul santai atau seperti sekarang, sibuk merapikan isi rumah.

"Ci, barang ini masih kepakai, ga?"

Delynn yang tengah menata bajunya ke dalam koper pun mendongak, menatap Regie dengan Nintendo Switch di tangannya.

"Kamu mau?" balik tanya Delynn yang dibalas anggukan kuat oleh Regie.

"Kalo boleh sih, Ci. Soalnya Papi ga kasih aku izin buat beli."

"Yaudah, buat kamu aja."

"Seriusan, Ci? Memangnya Cici rela lepas Nintendo Switch sekeren ini ke aku?" cerocos Regie memperhatikan kembali benda persegi panjang di tangannya.

"Iya, buat kamu aja. Box-nya ada di laci meja."

Regie melompat girang. "Nachia! Lihat aku dikasih apa sama Ci Delynn!"

Mata Nachia lantas membulat, alisnya menukik tajam. "Tolong, ya, Regina! Kita di sini buat bantu kepindahan Ci Delynn, kenapa kamu malah ngerampok?!"

"Btw, Ci, ada lagi ga buat aku?" lanjut Nachia.

Regie dan juga Levi —yang kebetulan lewat— akhirnya menyoraki Nachia yang kini mengusap tengkuknya malu. "Bercanda kok, Ci."

Delynn terkekeh kecil, menunjuk laci yang ia maksud tadi. "Seingetku masih ada yang lama di laci. Kamu coba cari aja. Kalau ada, ambil aja buat kamu."

Nachia bergegas mengecek laci dengan semangat. Benar saja, ada satu Nintendo Switch lainnya di sana. "Ada, Cii!"

"Dih, kok kamu curang?" Kini ganti Levi tak terima.

Nachia dan Regie kemudian sibuk memamerkan Nintendo Switch di tangan masing-masing, mengabaikan tugas mereka. Sampai akhirnya beberapa menit kemudian Aralie menegur keduanya.

"Ci Delynn maniac Batman banget!" Ribka menggeleng heran, pasalnya satu dus besar yang ia bawa hanya berisikan koleksi Batman milik Delynn.

"Kenapa? Kamu mau koleksi batman-nya?" tanya Delynn dengan curiga.

"Ngga, deh, cukup Ci Oline aja yang dimarahin Mommy karena koleksi blind box," tolak Ribka.

"Del, ini sebagian barangnya mau dibawa duluan aja apa gimana?"

Shasa tiba-tiba datang dari arah luar, mengusap keringat yang membanjiri dahinya. Sedari tadi ia bersama Nala dan Levi sibuk memindahkan barang milik Delynn ke dalam mobil pick up yang mereka sewa.

Benar.

Hari ini Delynn akan kembali ke rumahnya, rumah yang ia tempati bersama keluarganya dulu. Ia sendiri yang memintanya, katanya ia ingin mulai berdamai dengan hal-hal yang terjadi di bangunan abu-abu itu.

Delynn belum terpikirkan dengan siapa dia akan menempati rumah dua lantai itu, dikarenakan saat ini Opa dan juga Omanya sudah kembali ke kota asal mereka.

"Teman-teman, ini barangnya udah semua, kan?" tanya Aralie, mengkomando yang lain untuk mengangkut barang ke mobil pick up.

"Aman, Ci. Eji udah cross-check kamar Ci Delynn, ga ada yang ketinggalan." Regie memamerkan ibu jarinya.

Take Me - AralynnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang