Meminta Restu Pt.2

851 59 2
                                    

Novalee memarkirkan mobilnya di depan toko bunga milik orang tua Hael, sementara Hael masih tertidur lelap dengan Gabriel di pangkuannya yang juga tidur.

Novalee melihat keseliling, daerah ini cukup sepi tidak terlalu banyak orang berlalu lalang. Untungnya tadi saat di jalan, masih ada beberapa orang di depan sana yang bisa ia tanyai alamat rumah Hael karena ia tidak tega membangunkan anak itu yang terlihat sangat nyaman dalam tidurnya.

"El.." Panggil Novalee lembut berusaha membangunkan anak itu.

"Eenggh..." Hael menggeliat terganggu, mata yang semula tertutup rapat itu mulai terbuka perlahan, ia menelisik cahaya yang masuk ke matanya.

Hael menoleh kesana kemari untuk melihat dimana mereka "Cepet banget sampenya" Novalee terkekeh, iyalah cepet, mereka tidur selama perjalanan.

"Kamu tidur terus si" Ucap Novalee sambil mengambil beberapa barang yang ada di joke belakang.

"Aku takut" Ucap Hael, yang tiba tiba merasa gugup.

"It's okay, aku bakal usaha dapetin restu orang tua kamu" Ucap Novalee menenangkan Hael.

Novalee turun terlebih dulu membawa barang barang yang mereka bawa dengan tangan kirinya, ia lalu membukakan pintu Hael yang sedang menggendong Gabriel yang tidur.

Mereka berjalan masuk, Hael mengetuk pintu rumah beberapa kali dan akhirnya ada orang yang membukakan pintu.

"Yaampunnnnn Nak! Kamu tuh yaa! Kalau emang mau liburan ya kabarinnya tuh di rumah, izin di rumah. Ini udah di tempat liburan baru nelfon, Bunda tuh khawatir.. Apa lagi kamu bawa Gabriel" Omel Bundanya, sedangkan Hael hanya tersenyum kikuk saja.

"Ehh ini siapa?" Bundanya menoleh, ia tidak sadar ternyata anaknya membawa orang lain, wajah yang tadinya garang menatap anaknya itu berubah menjadi teduh dan ramah.

"Saya Novalee" Novalee melirik Hael sebentar
"Bisa kita bicara sebentar? Saya ingin membicarakan sesuatu" Tanya Novalee, dengan kikuk Bundanya pun mengangguk.

"Iya iya, ayoo masuk dulu"Ucap Bunda Hael mempersilahkan Novalee masuk.

Setelah duduk dengan nyaman di ruang tamu rumah itu, ia masih menelisik keadaan sekitar melihat ada apa saja di dalam rumah itu.

"Bentar ya, Bunda kebelakang dulu buat minum" Setelah bicara begitu Bunda Hael langsung berlari kebelakang.

"Lee... Takut" Hael menggenggam tangan kanan Novalee, sedangkan Novalee hanya tersenyum. Jika di tanya, ia juga sedikit gugup. Ini berbeda dengan sidang mengakuisisinya sebagai penerus, ini benar benar membuatnya gugup.

Beberapa menit kemudian Bunda Hael kembali dengan teh hangat, Hael juga baru kembali dari kamar setelah menidurkan Gabriel disana.

"Jadi.. Ada apa ya? Kok kayanya serius banget?" Ucap ibu Hael memulai percakapan.

Novalee berdehem sebentar "Saya.. Akan menikahi Hael" Ucap Novalee membuat Ibunya terkejut.

"Hah?! Siapa mau menikah?" Semua orang yang berada di ruang tamu terkejut mendengar suara dari pintu, dan ternyata itu adalah Ayah Hael.

"Kamu? Mau menikah sama anak saya?" Ucap Ayah Hael terheran heran, ekspresi terkejut itu masih tercetak jelas di wajahnya.

"Iya" Novalee mengiyakan pertanyaan itu.

Ayahnya melihat Novalee dan Hael secara bergantian, Hael sudah sangat gugup sejak tadi. Meremas kuat genggamannya pada celananya.

"Mungkin ini terkesan terburu buru, apa lagi saya baru menampakkan diri, sebelumnya saya mohon maaf.. 2 Tahun lalu, Hael hilang kabar... Itu karena saya" Ucap Novalee membuat Bunda dan Ayah Hael saling pandang.

"Kamu yang nabrak maksudnya? Atau gimana?" Tanya Ayah Hael lagi, mengingat alasan Hael menghilang adalah karena kecelakaan.

Novalee menggeleng, ia menghela nafas terlebih dahulu. Lalu mulai menceritakan semuanya kepada orang tua Hael.

Mendengar cerita dari Novalee kedua orang tua Hael tentunya sangat terkejut, terlebih lagi ibunya yang mendengar soal trauma pada anaknya.

"Gabisa" Ucap Bunda Hael sambil menatap garang ke arah Novalee. Sedangkan Ayah Hael memijat alisnya merasa sangat bingung dengan apa yang terjadi.

Novalee yang mendengar itu tertunduk merasa bersalah, ia sudah menebak hal ini akan terjadi.

"Kalian gabisa menikah, mana mungkin saya biarin anak saya nikah sama orang yang buat dia trauma! Kamu tau ga kelakuan kamu ini krimanalis!" Bunda Hael emosi sambil menunjuk nunjuk ke arah Novalee, ia tidak terima anaknya diperlakukan seperti ini.

"Bunda ..."

"Kamu diem! Kamu pasti di ancem sama diakan? Makannya sekarang kamu mau nikah sama dia?! Keluar dari rumah saya, Sekarang!" Usir Bunda Hael, ia menatap Bunda Hael dengan rasa bersalah.

Ia berdiri dari duduknya, tangannya di tahan oleh Hael namun Novalee memandang Hael mencoba membuatnya tenang.

"Saya memohon maaf sebesar besarnya, saya melakukan ini untuk bertanggung jawab"

"Bertanggung jawab apanya?! Ini namanya kamu jebak anak saya! Jangan jadiin trauma sebagai alasan kamu bisa mengikat anak saya ya!" Marah Bunda Hael.

Novalee menunduk, dia tidak mungkin memaksa orang tua Hael untuk merestuinya. Namun, ia juga masih memikirkan keadaan Hael yang tidak bisa tanpanya untuk saat ini.

"Keluar"
"Saya bilang keluar!!" Teriakan itu membuat Novalee akhirnya bergerak gontai keluar dari rumah Hael.

Hael mau mengejar Novalee namun Ayahnya menahannya "Masuk" Ucap Ayahnya, Hael pun akhirnya harus menurut, karena dia tidak berani membantah ucapan Ayahnya.

"Bunda... Hael mau bukan karena di ancam atau di paksa, Hael yang minta ke Novalee untuk nikah" Ucap Hael kepada Bundanya, ucapan itu hanya menadapatkan tatapan amarah dari Bundanya.

"Kamu udah gila?! Kamu pikir Bunda bisa setuju ngelepas kamu buat orang yang udah ngelukain kamu?! Ini alasan Bunda dulu ga kasih kamu pergi ke Ibu Kota! Sekarang Bunda cuman punya kamu Hael... Bunda gamau kehilangan anak Bunda lagi" Bunda Hael menangis di pundak Hael, sambil menepuk bahunya berulang kali.

Hael ikut merasa sedih melihat Bundanya menangis "Nak... Bunda gamau kamu kenapa napa... Bunda sama ayah masih sanggup kalau buat sembuhin trauma kamu, Ayah! Ayah punya kenalan psikologkan? Kita bisaa sembuhin kamu Nak..."

Hael hanya terdiam mendengar Bundanya "Bunda.. Hael ga bisa tanpa Lee..."

"Bisa! Hael denger bunda.. Ini cuman sementara, nanti kalau kamu udah sembuh kamu pasti bisa lepas dari bayang bayang anak itu.. Percaya sama Bunda, ya?" Hael mengigit bibir bawahnya menahan tangis, Bundanya kembali memeluknya dan mengelus bahunya sayang.

tbc↓

OBSESSED WITH YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang