Penenang

882 74 2
                                    

Ini sudah hari ke-3 ia tidak mengetahui kabar Hael. Setelah pulang dari rumah Hael, Novalee benar benar merasa tidak tenang. 3 hari belakangan, ia menjadi susah tidur membayangkan wajah Hael yang menangis membuatnya frustasi.

Apa Hael baik baik saja? Novalee mengusak rambutnya kebelakang frustasi, ingin menghubungi pun dia tidak tau bagaimana caranya karena tidak punya nomor Hael.

Apa yang harus ia lakukan untuk Hael? Ia teringat wajah murung itu saat ia tinggal pergi waktu itu.

"Nyonya!" Novalee tersadar saat seorang karyawan terus memanggilinya.

"Iya? Kenapa?" Ucapnya, karyawan itu dengan gugup memberinya sebuah berkas.

"Proyek di Solo mendapati halangan, karena pihak sana menolak untuk menjual lahan yang ingin kita beli." Novalee mengecek berkas berkas itu.

Novalee kembali teringat, mungkin ia bisa datang kesana sambil melihat Hael "Saya akan turun kesana"

Karyawan itu sontak terkejut mendengarnya, kenapa Novalee harus repot repot turun kesana? Biasanya dia akan memerintah dari bangkunya dan semuanya beres. Lagipula ini bukanlah masalah besar sampai dia harus turun.

"Nyonya yakin?"

"Kenapa?" Novalee mengernyitkan dahinya membuat karyawan itu meneguk ludah.

"Enggak Nya, baik saya akan menghubungi orang orang disana. Kapan Nyonya akan berangkat?",

"Sekarang" Ucap Novalee sambi mengambil Handphonenya di meja, dan mengantonginya, lalu ia berjalan santai keluar ruangan.

Sementara Karyawan itu terkejut melihat Novalee seperti terburu buru untuk pergi kesana, Karyawan itu langsung mengeluarkan Handphonenya menghubungi rekannya yang ada di Solo.

Saat Novalee menuju mobilnya ia dikejutkan dengan pemandangan kedua orang yang tengah berdebat dengan Security.

Ia buru buru berjalan ke arah mereka "Ada apa ini?"

"Kamu!" Seorang wanita yang tadi sedang ribut dengan Security itu melangkah ke arah Novalee dan mencengkram kuat bahunya.

"TOLONG! TOLONG ANAK SAYA..." Dia menangis sesenggukan, ia menunduk dan meletakkan kepalanya di bahu Novalee.

"Hael? Kenapa Hael?" Ucap Novalee khawatir.

"Dia terus memaksa untuk melukai dirinya... Kami sudah berulang kali menemui psikolog, tapi mereka bilang Hael butuh proses untuk sembuh dari traumanya.. Tapi... Tapi... Saya ga bisa... Sayaa ga bisa liat anak saya kaya gitu.. dia terus panggil nama kamu" Ucap Bunda Hael sambil menangis sesenggukkan.

"Nak.. Mungkin perlakuan kami hari lalu cenderung sepele, dan kasar. Kamu sendiripun pasti paham kenapa kami bersikap seperti itu. Kami disinipun ga membenarkan perlakuan kamu dengan anak kami. Tapi, Anak kami benar benar butuh kamu.." Ayah Hael datang menghampiri menarik istrinya agar melepaskan cengkeramannya pada Novalee.

Disinilah mereka sekarang di dalam mobil menuju perjalanan ke Solo, Novalee benar benar tidak bisa berfikir jernih sekarang, yang ada di kepalanya adalah bagaimana keadaan Hael. Ia terus mengetuk ngetukkan tangannya di setir mobil dengan gelisah.

Orang tuanya bilang saat mereka pergi kesini, mereka menitipkan Hael kepada psikolog yang mereka bayar untuk mengobati Hael. Mereka baru bisa pergi saat Hael di beri obat penenang, karena dia terus meraung ketakutan dan menangis saat terbangun.

Mereka mencari cara agar Hael berhenti, tapi tidak ada cara yang berhasil, dokter bilang traumanya akan sembuh perlahan. Namun kedua orang tuanya tidak tega melihat anaknya seperti itu, dan saat itu Gabriel terus menyarankan untuk memanggil Novalee. Dalam ingatan anak itu, ayahnya selalu tenang saat ada Novalee.

OBSESSED WITH YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang