Kehidupan Setelah Menikah

910 52 2
                                    

"El.. Aku bakalan cepet pulang, okay?" Ucap Novalee yang sejak 10 menit lalu sibuk membujuk suaminya yang merajuk, karena ia akan melakukan perjalanan bisnis.

"Aku ga bisa ikut ya? Lee.. aku gabisa tanpa kamu, kan kamu tau" Rengek Hael, sekarang anak itu sudah menangis. Ia sedikit kesal, ini masih minggu awal setelah pernikahan mereka. Tapi Novalee malah harus pergi meninggalkannya.

"Aku janji bakal cepet, besok pagi aku pulang.. paling lama siang, gimana?" Ucap Novalee berusaha bernegosiasi namun Hael menggeleng ribut tanda tidak setuju.

"Kalau kamu ikut, nanti kamu malah bosen El.. Aku ga bisa fokus ke kamu setiap saat disana" Isakan Hael benar benar menyiksanya, tapi dia tidak mungkin untuk membawa Hael kesana.

"Ga papa.. Aku gamau di tinggal" Rengeknya lagi membuat Novalee merasa frustasi. Tangan tergerak menggendong Hael, untuk membuatnya tenang disana, Kaki Hael melingkar di pinggang Novalee. Novalee membuka pintu balkon di kamarnya, dan duduk pada sebuah kursi yang ada disana dengan Hael yang masih berada di gendongannya. Isakan tangisnya tak kunjung berhenti. Bahkan Gabriel tidak sesusah ini saat di bujuk.

"Don't Cry, El" Ucap Novalee, kali ini nadanya sedikit tegas membuat Hael sedikit takut. Hael berusaha menghentikkan tangisnya, namun semakin ia ingin menghentikkannya malah air matanya tak kunjung berhenti membuatnya kesal dan semakin menangis.

"Hey, look at me.." Novalee menyentuh dagu Hael, membuat pria itu menatap ke arahnya.

"Aku janji cepet pulang, dan sering nelfon kamu selama pergi.. kalau bisa malam ini selesai aku langsung pulang, biar subuh sampe di rumah" Ucap Novalee untuk meyakinkan Hael.

"Dan ini bukan perjalanan deket Hael, nanti kamu cape. Gabriel jugakan ikut kesini, kalau kamu ikut aku gaada yang ngurus Gabriel nanti?" Novalee menghapus jejak air mata yang berada di pipi Hael.

"Janji cepet pulang dan telfon aku?" Ucap Hael, dan langsung di angguki oleh Novalee.

Novalee mengecup seluruh wajah Hael, ia lalu mengelus punggung Hael agar anak itu segera tenang dari isakannya.

"Jangan nangis lagi, nanti Gabriel bingung kenapa ayahnya nangis" Ucap Novalee, Novalee lalu membawa Hael untuk turun kebawah dan sarapan.

"Lagian kamu, masih minggu pertama nikah bukannya cuti malah ambil perjalanan bisnis" Omel Hael dalam gendongan Novalee.

"Ini bisnis yang penting, aku ga bisa sia siain kesempatan ini" Ucapnya, dengan hati hati menuruni tangga. Untungnya semua bawahan Novalee sudah biasa melihat mereka yang mesra mesraan dengan cara yang berbeda itu, jadi mereka bisa melakukan pekerjaan dengan tidak terlalu terkejut.
Novalee duduk di kursi, dengan Hael yang masih berada di pangkuannya.

"Gamau sayur" Ucap Hael saat Novalee akan menuangkan sayur kedalam piringnya.

"Dikit aja" Hael kembali menggeleng, jika mood Hael di pagi hari sudah rusak maka seterusnya akan rusak, ia akan menjadi sangat clingy dan lebih sering menangis.

"Hael" Hael akhirnya menghela nafas dan menurut saat Novalee memanggil namanya dengan nada mengancam.

Seteleh mereka selesai sarapan, Novalee dan Hael kembali ke kamar karena Novalee akan siap siap untuk pergi.

Hael hanya melihat kegiatan itu dengan sendu, ia merasa tidak ikhlas istrinya akan pergi padahal Novalee sudah mengatakan dia akan pergi sebentar.

"Jangan sedih" Novalee menghampirinya saat sadar ekspresi tidak ikhlas itu. Novalee mengelus pipi Hael.

"Jangan lupa telfon.." Ingat Hael lagi dengan bibir bawahnya yang sudah maju kedepan, membuat Novalee terkekeh. Novalee mengecup bibir itu singkat.

"Ayo kedepan" Ucap Novalee, ia menggandeng Hael dan membawanya keluar mengantarkannya sampai depan pintu.

Sebelum menaiki mobil, Novalee mengecup singkat kening Hael dan memberikannya senyuman yang menenangkan.

"Jangan nangis" Ucap Novalee, lalu tubuh itu menghilang masuk ke dalam mobil dan berlalu dari halaman mensionnya.

Ini sudah hampir malam, tapi Novalee tidak kunjung menghubunginya. Membuatnya sedikit khawatir, jika ia menelfon ia takut malah menganggu Novalee.

Hael menaruh ponselnya di meja, dan kembali bermain dengan Gabriel mencoba untuk tidak terlalu memikirkan Novalee. Ia takut jika ia terlalu larut dengan pikirannya, traumanya akan kembali dan membuat semua orang repot.

"Iyel.. Kira kira Bunda kamu ngapain ya..?" Gumam Hael kepada Gabriel yang sedang mengotak atik mainan di tangannya.

"Bunda..?" Hael mengangguk
"Kakak Novalee sekarang Bundanya Iyel.." Ucap Hael, sedangkan Gabriel menatapnya bingung.

"Kok bica?" Gabriel merangkak ke arah Hael dan duduk di pangkuannya, sambil menunggu jawaban Hael.

"Karena Ayah udah nikah sama kakak, berarti Kakak Novalee itu jadi Bundanya Iyel.." Gabriel hanya mengangguk angguk, entah paham atau tidak apa yang di ucapkan Hael. Ia kembali sibuk dengan mainannya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, Hael menatap Gabriel yang sudah tidur di tempatnya. Ia kembali melihat ponselnya yang belum mendapatkan pesan atau telfon dari Novalee.

Untungnya ia sudah sampai pada tahap mengontrol dirinya agar trumanya tidak kambuh dalam waktu dekat saat dalam keadaan seperti ini. Namun sekarang ia tidak bisa membendung rasa khawatirnya saat tidak mendapat kabar dari Novalee.

Tak terasa sangking lamanya ia berdiam diri menanti Novalee, ia tertidur di lantai kamar Gabriel. Ia terbangun saat mendengar suara orang yang sedang berbicara di luar mension. Ia melihat dari jendela kamar Gabriel, tempat ini begitu besar sehingga jika tidak ada kegiatan apapun lebih tepatnya malam hari. Suara suara yang ada dari luar malah akan menggema dengan jelas masuk ke dalam mension.

Hael melihat Novalee dengan seorang pria yang entah siapa, masih fokus berbicara sambil tertawa santai. Jika di lihat lagi Hael seperti tidak asing dengan pria itu.

Hael turun kebawah untuk menyusul Novalee dengan perasaan kesal. Saat membuka pintu ia bisa melihat Novalee yang terkejut menatap ke arahnya, sedangkan pria itu menatapnya santai seperti tidak terjadi apapun.

"Belum tidur?" Ucap Novalee, Novalee lalu kembali ke arah pria itu.

"Saya masuk, pulanglah Gerald. Terimakasih untuk tumpangannya" Ucap Novalee, Gerald mengangguk. Ia berjalan memasuki mobilnya, sebelum itu ia sempat melakukan eyecontac dengan Hael.

"Yuk masuk" Ajak Novalee, namun tangannya di tepis Hael.

"Kamu kok bisa sama dia?"

"Hm? Mobilku mogok waktu perjalanan, terus ketemu dia, dia kasih tumpangan dan kebetulan kita ke tujuan yang sama.." Jelas Novalee.

"Kenapa ga hubungin aku? Padahal kamu udah janji?" Novalee bingung ketika Hael terlihat sangat kesal.

"Maaf, aku terlalu fokus sampai lupa--"

"Lupa? Padahal kamu udah janji.." Hael masuk meninggalkan Novalee, dia sedikit kecewa saat Novalee melupakan janjinya, hal sepele seperti ini saja Novalee bisa melupakannya.

Novalee berusaha mengejar Hael saat ia tau bahwa pria itu sedang merasa kesal terhadap dirinya sekarang.

"Aku minta maaf, okay?" Novalee menarik tangan itu membuatnya berbalik ke arah Novalee. Namun, Hael tidak mau menatapnya.

"Aku mau tidur" Hael melepaskan pegangan Novalee kepadanya, dan berlalu begitu saja masuk kedalam kamar. Sedangkan Novalee hanya terdiam, ia pikir akan memberi Hael waktu sebentar dan kembali bicara besok pagi.

tbc↓

OBSESSED WITH YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang